Trump Ngebut Pelaksanaan Hukuman Mati Menjelang Pergantian Kekuasaan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Menjelang habisnya periode sebagai Presiden, Donald Trump ngebut terkait pelaksanaan hukuman mati yang ditangani pemerintah federal. Lima hukuman mati rencananya dilaksanakan sebelum pelantikan presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari 2021.

Seperti dikutip dari BBC, Trump akan menjadi presiden yang paling banyak melaksanakan hukuman mati dalam tempo lebih dari satu abad jika eksekusi itu terlaksana. Lima hukuman mati itu rencananya dimulai pekan ini, diawali dengan Brando Bernard (40) dan Alfred Bourgeois (56) pada Kamis (10/12) dan Jumat (11/12) di sebuah penjara di Terre Haute, Indiana.

Jaksa Agung William Barr telah mengatakan Departemen Kehakiman hanyalah menjalankan hukum yang berlaku. Namun,para penentang hukuman mati mengatakan langkah ini mengkhawatirkan karena diterapkan menjelang pelantikan Biden.

“Ini benar-benar di luar norma, dengan cara yang cukup ekstrim,” kata Ngozi Ndulue, direktur riset di lembaga independen Death Penalty Information Center.

Bagaimana kebijakan hukuman mati di Amerika Serikat?

Sejak hukuman mati di tingkat federal diberlakukan lagi oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) pada 1988, eksekusi yang ditangani pemerintah pusat jarang terjadi.
Sebelum Trump menjabat, tercatat hanya tiga kasus yang benar-benar terlaksana selama periode tersebut.

Semuanya dilakukan di bawah pemerintahan presiden dari Partai Republik George W. Brush, termasuk Timothy Mc Veigh, terpidana pengeboman gedung federal Oklahama City.
Sejak 2003, tidak ada eksekusi tingkat federal sama sekali. Negara-negara bagian AS tetap melaksanakan hukuman mati di penjaga negara bagian masing-masing.

Total terdapat 22 terpidana yang dieksekusi tahun lalu oleh negara- negara bagian. Namun, hukuman mati di tingkat negara bagian mengalami penurunan karena semakin banyak negara bagian yang menghapus hukuman mati, dan sebagian besar melarang praktik itu.

Opini publik juga telah berubah mengenai hukuman mati ini.

Jajak pendapat Gallup pada November 2019 menunjukkan bahwa 60% warga AS lebih mendukung hukuman penjara seumur hidup dibandingkan hukuman mati.

“Dukungan masyarakat untuk hukuman mati mencapai titik terendah pada dekade ini,” jelas Ndulue.

Meskipun muncul penentangan masyarakat, Barr mengumumkan rencana eksekusi lima terpidana mati pada Juli 2018.

“Kongres sudah jelas menyetujui hukuman mati. Departemen Kehakiman menegakkan hukum – dan demi para korban dan keluarga mereka, kita menerapkan vonis yang dijatuhkan oleh sistem kehakiman kita,” kata Barr.

Dikatakannya, para pidana tersebut dinyatakan bersalah karena membunuh atau memperkosa anak-anak dan warga lanjut usia. Tetapi langkah itu ditentang keras oleh kalangan Demokrat dan organisasi hak asasi manusia.

“Kami memandang hukuman mati ini tindakan sewenang-wenang yang melanggar konstitusi yang seharusnya sudah dihapus puluhan tahun lalu,” kata Lisa Cylar Barrert, direktur kebijakan di NCAAP Legal Defense Fund.

Pemilihan terpidana mati dari kalangan tertentu memperburuk tudingan bahwa keputusan itu dilandasi kepentingan politik. Misalnya, eksekusi kelompok pertama pada pertengahan tahun ini terdiri dari orang-orang kulit putih, dan gelombang sekarang terdiri empat dari lima yang direncanakan akan dieksekusi adalah warga Amerika keturunan Afrika.

Apa yang terjadi sekarang?

Jika hukuman mati Brandon Bernard dan Alfred Bourgeois dilaksanakan, 10 terpidana yang dieksekusi selama 2020 ini akan menjadi jumlah terbanyak setahun yang tidak ada tandingannya.

“Kita harus kembali ke tahun 1986 ketika terjadi 10 eksekusi atau lebih,” jelas Ndulue dari lembaga independen Death Penalty Information Center.

Pemerintahan Trump juga menetapkan pelaksanaan hukuman mati federal di tengah masa peralihan politik, setelah kalah dari Joe Biden pada pemilihan presiden. Eksekusi di masa transisi ini terjadi untuk pertama kalinya setelah satu abad. Biasanya presiden yang berkuasa akan menunda eksekusi untuk ditangani oleh penerusnya.

Dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, Jaksa Agung William Barr mengatakan kemungkinan besar akan menjadwalkan eksekusi lebih banyak lagi sebelum meninggalkan Departemen Kehakiman AS.

“Saya pikir cara menghentikan hukuman mati adalah menghapus hukuman mati, tetapi jika kita meminta juri menjatuhkannya, maa eksekusi itu harus dilakukan,” katanya.

Namun, ini adalah keputusan kontroversial. Khususnya tim presiden terpilih Joe Biden telah mengatakan akan mengupayakan menghapus hukuman mati.

Eksekusi pertama yang direncanakan terhadap Bernard, menarik perhatian khusus. Bernard dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dan penculikan pada 1999, Bernard berusia 18 tahun ketika melakukan tindak pidana, dan akan tercatat sebagai terpidana paling muda yang dieksekusi pemerintah federal selama hampir 70 tahun terakhir.

Lima dari sembilan juri yang menangani kasusnya serta pengacara AS secara terbuka menyerukan agar eksekusi Bernard dibatalkan. Kim Kardashian juga turut bersuara, ia memohon langsung kepada Donald Trump lewat Twitter.

Terpidana yang rencananya dieksekusi.

Brandon Bernard, bersalah pada 1999 dalam kasus penculikan dan pembunuhan dua menteri kepemudaan, Todd dan Stacie Bagley. Ia rencananya akan dieksekusi pada 10 Desember.

Alfred Bourgeois, dihukum mati karena menyiksa dan memukuli putrinya sendiri yang berusia dua tahun hingga meninggal dunia. Ia dijadwalkan akan dieksekusi pada 11 Desember.

Lisa Montgomery, mencekik seorang perempuan hamil di Missouri dan memotong perut serta menculik bayinya itu pada 2004. Eksekusinya akan dilakukan pada 12 Januari 2021.

Cory Johnson, dinyatakan bersalah karena membunuh tujuh orang terkait dengan keterlibatan Johnson dalam perdagangan narkoba di Richmond, Virginia. Ia akan dieksekusi pada 14 Januari 2021.

Dustin John Higgs, dinyatakan bersalah pada 1996 dalam kasus penculikan dan pembunuhan tiga perempuan muda di Washington, DC. Higgs sebenarnya tidak membunuh mereka secara langsung, tapi menjadi dalang dari pembunuhan yang dilakukan terpidana lain, Willys Haynes. Rencananya akan dieksekusi pada 15 Januari 2021.

Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini