MATA INDONESIA, JAKARTA – Topan Goni menerjang bagian selatan pulau utama Filipina, Luzon, Minggu (1/11). Pejabat setempat melaporkan setidaknya empat orang meninggal dunia, juga menyebabkan pemadaman pasokan listrik, kerusakan infrastruktur, dan banjir bandang.
Biro cuaca menurunkan peringkat Goni –badai terkuat di dunia sepanjang tahun ini, ke kategori topan dengan kecepatan angin dan embusan angin berkelanjutan yakni 215 kpk atau 140 mil perjam hingga 290 kph. Peringatan badai tropis diturunkan, tetapi badan cuaca memberi peringatan bahwa Topan Goni masih menjadi ancaman saat melintasi provinsi di selatan Ibukota Manila.
Dalam sebuah rekaman video yang beredar di sosial media menunjukkan sungai meluap dan sejumlah tanggul hancur, menenggelamkan desa-desa di wilayah Bicol. Gubernur Provinsi, Al Francis Bichara menyatakan empat orang meninggal dunia, termasuk satu orang tertimpa pohon dan seorang anak berusia lima tahun hanyut terbawa arus sungai.
Di Kota Quezon, Gubernur Danilo Suarez mengatakan bahwa pasokan listrik di 10 kota terputus karena Topan Goni menumbangkan pohon. Antara 19 juta hingga 31 juta orang terkena dampak, termasuk mereka yang berada di zona berbahaya, melansir Reuters, Minggu, 1 November 2020,
Pejabat Kesehatan juga mengingatkan mereka yang berada di pusat evakuasi untuk tetap memperhatikan jarak guna menekan penyebaran infeksi virus Corona di Filipina.
Akibat bencana ini, sejumlah penerbangan internasional dan domestic telah dibatalkan karena otoritas penerbangan sipil memerintahkan penutupan satu hari dari gerbang utama Manila, yakni Bandara Internasional Ninoy Aquino.
Goni merupakan salah satu topan terkuat yang melanda Filipina sejak Haiyan, yang menewaskan lebih dari 6,300 jiwa pada 2013. Topan Goni terjadi setelah Topan Molave yang menerjang Filipina bulan lalu dan menewaskan 22 orang yang sebagian besar tenggelam di provinsi Selatan Manila.