MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi kekerasan yang dilakukan oleh pimpinan KST Papua Lamek Taplo bersama pengikutnya di Pegunungan Bintang wajib menjadi perhatian serius dari pihak TNI-Polri.
Pimpinan kelompok yang biasa disebut KSTP Ngalum Gupel ini memang tidak setenar pimpinan lainnya, seperti Egianus Kogoya atau Goliath Tabuni. Namun, pergerakannya tak bisa dibiarkan terlampau lama karena sudah banyak teror yang dibuat kelompok tersebut.
Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta pun berharap aparat keamanan harus bergerak cepat untuk memutus rantai pergerakan kelompok tersebut.
“Aksi Lamek Taplo, yang melawan dan menyerang pemerintah dengan menggunakan senjata tidak bisa dibiarkan lagi. Ini adalah domain TNI untuk melumpuhkan dan memberantas Lamek Taplo dan kelompoknya. Jika diperlukan maka TNI sebaiknya menambah kekuatan untuk memberantas kelompok tersebut,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Selasa 14 September 2021.
Mengingat pengikutnya adalah orang asli Papua, KSTP tersebut dipastikan lebih memahami medan dan kondisi geografis wilayahnya sendiri. Untuk itu, aparat keamanan perlu bersinergi dengan masyarakat lokal untuk mengetahui lokasi persembunyian kelompok tersebut.
“Kerjasama dengan semua pihak yang kenal medan dan kenal kekuatan lawan harus dilakukan namun dengan tetap menjaga adar pihak tersebut dalam keadaan aman dan tidak menjadi sasaran kelompok tersebut,” katanya.
Sebagai informasi, Lamek Taplo bertanggung jawab terhadap penembakan helihopter M 17 milik TNI hingga jatuh di daerah Pegunungan Papua pada Febuari 2020 lalu.
Di tahun yang sama, Lamek Taplo kembali berulah dengan menembak tiga prajurit TNI di Distrik Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pada 20 Oktober 2020.
Terakhir, kelompok pimpinannya melakukan kontak senjata dengan TNI hingga satu orang aparat tertembak pada 13 September 2021 kemarin. Satu prajurit TNI yang tertembak tersebut adalah Prada Ansar dari Satgas Pamtas 403/WP.