MATA INDONESIA,LONDON – Tingkat pengangguran Inggris mencapai level terendah sejak 1947.
Namun sayangnya penurunan tersebut sebagian besar merupakan akibat dari penurunan jumlah tenaga kerja.
Menurut Kantor Statistik Nasional, tingkat pengangguran di Inggris turun menjadi 3,6 persen dalam tiga bulan terakhir. Data dari suvei para ekonom memperkirakan angka pengangguran akan berhenti di angka 3,8 persen.
Namun, penurunan tersebut bukan pertanda kesehatan bagi ekonomi Inggris yang tengah berada di jurang resesi. Jumlah orang dalam pekerjaan tumbuh sebesar 40.000, kurang dari sepertiga dari perkiraan peningkatan dalam jajak pendapat Reuters.
Tingkat ketidakaktifan ekonomi, mengukur pada populasi yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja, meningkat sebesar 0,4 poin presentase pada kuartal tersebut menjadi 21,7 persen. Angka ini menjadi presentasi tertinggi sejak tiga bulan terakhir.
Kenaikan tersebut merupakan dampak dari lebih banyak orang yang terklasifikasi menjadi populasi pekerja yang sakit jangka panjang dan lebih sedikit siswa yang mulai bekerja daripada biasanya untuk sepanjang tahun.
Pada saat yang sama,pertumbuhan gaji naik lebih dari yang diharapkan,mencerminkan kekurangan kandidat untuk pekerjaan,meskipun masih tertinggal jauh dibelakang inflasi yang diperkirakan mencapai 10,2 persen.
BoE khawatir bahwa ketatnya pasar tenaga kerja akan menambah lonjakan tekanan harga baru-baru ini.
Bank Sentral Inggris menaikkan suku bunga terbesar bulan lalu. Kenaikan ini juga diperkirakan akan meningkat lagi pada 22 September 2022.
Sedangkan Poundsterling melonjak terhadap dolar AS setelah investor memperkirakan peluang 83 persen dari kenaikan suku bunga tiga perempat poin presentase BoE minggu depan.