The Fed Luncurkan Pinjaman Tambahan, Rupiah Ditutup Menguat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ditopang kebijakan The Fed, nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup menguat di akhir perdagangan Selasa, 16 Juni 2020. Mengutip data dari bloomberg, mata uang garuda menyudahi transaksi hari ini di posisi Rp 14.090 per dolar AS atau menguat 0,18 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah dibayangi oleh kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan membeli obligasi korporasi di pasar sekunder, memperluas pembelian surat utang dan meluncurkan program pinjaman untuk bisnis.

“Sentimen ini membuat pelaku pasar semakin memperkuat keyakinan bahwa pihak berwenang (The Fed) terus berupaya untuk mengembalikan ekonomi terbesar dunia ke jalurnya. Selain itu, turut membawa angin segar bagi aliran modal asing kembali masuk ke pasar Indonesia terutama pasar Obligasi dan SUN,” katanya Selasa sore.

Asal tahu saja, besar pinjaman yang disediakan The Fed berkisar antara 250 ribu dolar AS hingga 300 juta dolar AS atau setara Rp 3,5 miliar hingga Rp 4,2 triliun (kurs Rp 14 ribu per dolar AS), dengan tenggat waktu 5 tahun dengan suku bunga mengambang (floating).

Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dibayangi oleh kembali dibukannya pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran. Dengan telah dibukanya pasar (Tanah Abang), mall dan perkantoran di DKI Jakarta yang merupakan barometer perekonomian Indonesia.

“Pemerintah semakin percaya diri bahwa ekonomi akan kembali berjalan dan penjualan ritel akan kembali ramai sehingga roda perekonomian kembali berputar dan ini akan menambah kepercayaan pasar pasca PSBB,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini