Terungkap, Ada Peran Asing dalam Kerusuhan di Kazakhstan

Baca Juga

MATA INDONESIA, ALMATY – Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev mengungkapkan bahwa militan asing yang berasal dari Asia Tengah, termasuk Afghanistan dan Timur Tengah turut berpartisipasi dalam kerusuhan massal yang terjadi di negara kaya minyak itu.

Hal ini diungkapkan oleh Presiden Tokayev dalam pembicaraan dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel yang diadakan melalui konferensi video, pada Senin (10/1).

“Saya tidak ragu bahwa ini adalah serangan teror,” kantor pers kepresidenan Kazakhstan mengutip pernyataan Presiden Tokayev dalam sebuah pernyataan yang diposting di situsnya, melansir kantor berita Rusia, Tass, Selasa, 11 Januari 2022.

“Ini adalah tindakan agresi yang terorganisir dan dipersiapkan dengan baik terhadap Kazakhstan dengan partisipasi orang-orang bersenjata asing sebagian besar dari negara-negara Asia Tengah, termasuk Afghanistan. Ada juga militan dari Timur Tengah,” ungkapnya.

Presiden Tokayev juga mengatakan bahwa warga asing itu bertujuan untuk menciptakan zona kekacauan terkendali di wilayah Kazakhstan dengan perebutan kekuasaan berikutnya.

“Itulah sebabnya, operasi kontra-teror diluncurkan di Kazakhstan,” sambung presiden berusia 68 tahun itu.

Berdasarkan laporan, kerusakan ekonomi akibat kerusuhan di Kazakhstan diprediksi mencapai angka 2-3 miliar USD. Di mana sekitar 1,300 bisnis terdampak dan lebih dari 100 pusat perbelanjaan diserang, dengan sekitar 500 mobil polisi dibakar.

“Presiden menyebut peristiwa tragis itu sebagai tindakan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pelanggaran terhadap kenegaraan kita. Dia menambahkan bahwa tindakan kekerasan teroris menyebabkan banyak korban di antara personel penegak hukum dan warga sipil,” demikian bunyi siaran pers.

“Dalam perkiraan Kassym-Jomart Tokayev, kerusakan ekonomi awal negara dapat mencapai 2-3 miliar USD,” sambung siaran pers tersebut.

Presiden Kazakhstan juga memberikan penjelasan yang jelas tentang pengerahan kontingen penjaga perdamaian dari Collective Security Treaty Organization (CSTO) di Kazakhstan.

Sebagai catatan, CSTO merupakan aliansi militer pimpinan Rusia yang berbasis di Kota Moskow. Aliansi ini terdiri dari enam negara bekas Uni Soviet, yakni Belarusia, Kirgistan, Tajikistan, Armenia, dan tentu saja Rusia dan Kazakhstan.

“Saya ingin menekankan bahwa mereka tidak mengambil bagian dalam operasi tempur. Tugas utama mereka adalah melindungi fasilitas strategis di Almaty dan di ibu kota Kazakhstan,” kata Presiden Tokayev.

“Ini memungkinkan badan keamanan dan penegakan hukum Kazakhstan melakukan tindakan untuk melawan teroris. Pasukan penjaga perdamaian CSTO telah dikerahkan sesuai dengan Pasal 2 dan 4 Perjanjian Keamanan Kolektif CSTO. Mereka akan tinggal di Kazakhstan sampai situasi benar-benar stabil,” tuturnya.

Presiden Kazakh juga berbicara tentang tindakan kejam dan kekerasan teroris dan bandit yang berusaha untuk merusak tatanan Konstitusi di negaranya dan melakukan kudeta.

Sementara itu, presiden Dewan Eropa menyatakan dukungannya untuk kedaulatan dan integritas wilayah Kazakhstan. Pembicaraan antara Presiden Tokayev dan Charles Michel diadakan atas inisiatif pihak Eropa dalam suasana yang bersahabat dan dapat dipercaya, kantor pers kepresidenan Kazakhstan menginformasikan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini