MATA INDONESIA, PARIS – Tersangka utama serangan bom Paris yang menewaskan 130 orang tahun 2015, mengklaim dirinya sebagai tentara ISIS. Hal ini terungkap saat persidangan, di mana terdakwa berulang kali menegaskan hal tersebut.
Salah Abdeslam, muncul di pengadilan dengan mengenakan pakaian hitam dan masker wajah hitam. Pria berusia 31 tahun itu merupakan satu dari 20 pria yang terlibat dalam serangan senjata dan bom di enam restoran dan bar, gedung konser Bataclan, serta stadion olahraga pada November 2015.
“Saya melepaskan pekerjaan saya untuk menjadi tentara Negara Islam,” jawab Abdeslam ketika ditanya mengenai profesinya, melansir CNN, Kamis, 9 September 2021.
Pria keturunan Prancis–Maroko itu diyakini sebagai satu-satunya anggota kelompok yang masih hidup. Sementara para tersangka lainnya dituduh membantu menyediakan senjata dan mobil atau mengatur serangan, yang juga melukai ratusan jiwa.
Tanggung jawab atas serangan itu diklaim oleh Negara Islam, ISIS, yang telah mendesak pengikutnya untuk menyerang Prancis atas keterlibatannya dalam perang melawan kelompok militan di Irak dan Suriah.
Abdeslam juga sempat mengucapkan kalimat syahadat ketika hakim tinggi pengadilan memintanya menyebutkan namanya. “Saya ingin bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya,” katanya.
Sebelum persidangan, para penyintas dan kerabat korban mengatakan bahwa mereka tidak sabar mendengar kesaksian yang mungkin membantu mereka lebih memahami apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi.
“Penting bagi para korban untuk menjadi saksi, dapat memberi tahu pelaku, tersangka yang berdiri, tentang rasa sakitnya,” kata Philippe Duperron, yang putranya Thomas yang berusia 30 tahun tewas dalam serangan itu.
“Kami juga menunggu dengan cemas karena kami tahu bahwa saat persidangan ini berlangsung, rasa sakit, peristiwa, semuanya akan kembali ke permukaan,” sambungnya.
Persidangan diperkirakan berlangsung sembilan bulan, dengan melibatkan sebanyak 1.800 penggugat dan lebih dari 300 pengacara.
Menteri Kehakiman Eric Dupond-Moretti mengatakan bahwa persidangan ini merupakan maraton peradilan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hakim tertinggi pengadilan, Jean-Louis Peries, bahkan menyatakan itu adalah sidang bersejarah.
Sebanyak 11 dari 20 terdakwa sudah berada di penjara menunggu persidangan dan enam akan diadili secara in absentia, kebanyakan dari mereka diyakini telah meninggal. Sebagian besar menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.
Polisi memasang pengamanan ketat di sekitar gedung pengadilan Palais de Justice di pusat kota Paris. Terdakwa muncul di balik partisi kaca yang diperkuat di ruang sidang yang dibuat khusus dan semua orang harus melewati beberapa pos pemeriksaan untuk memasuki pengadilan.
“Ancaman teroris di Prancis tinggi, terutama pada saat-saat seperti persidangan serangan itu,” kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin kepada radio France Inter.
Kesaksian para korban akan dimulai pada 28 September. Sementara pemeriksaan terhadap terdakwa akan dimulai pada November.