Ternyata oh Ternyata, Ratna Sarumpaet Pernah Ancam SBY untuk Bubarkan FPI

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Upaya membubarkan Ormas Front Pembela Islam (FPI) ternyata bukan baru hari ini. Ratna Sarumpaet juga pernah gigih membubarkan FPI melalui petisi online change.org yang dialamatkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Presiden RI saat itu dengan ancaman.

Petisi yang dibuat Ratna enam tahun lalu tersebut hanya berhasil mengumpulkan 19.760 penandatangan saat petisi ditutup.

Ancamannya pun ‘ngeri-ngeri sedap.’ “Bubarkan FPI, Atau Berhenti Jadi Presiden RI !”

Alasannya saat itu, adalah Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC) menerima laporan masyarakat soal kesewenang-wenangan dan brutalitas FPI secara berkala.

Namun ketika penandatangan petisi tersebut masih sebanyak 11 ribu orang pada 2013, menurut Ratna tidak pernah di tanggapi SBY.

“Sikap Bapak yang terus menerus mengabaikan tuntutan rakyat agar kelompok ini dibubarkan atau paling tidak dibekukan membuat nihilnya rasa tanggung-jawab Bapak sebagai pimpinan Pemerintahan dan sudah mencapai titik keterlaluan dan tidak bisa diterima,” begitu pernyataan Ratna saat itu.

Dia juga mengibaratkan Presiden RI membiarkan FPI menghancurkan ke-Indonesia-an yang sedang dibangun.

Ratna juga menegaskan sejarah telah mencatat sejak berdiri di awal reformasi, FPI telah ratusan kali melakukan kekerasan, mengganggu keamanan dan ketertiban, menyebar luaskan rasa permusuhan dan kebencian.

Hal tersebut dilakukan untuk antar suku, antar agama, ras, gender, antar golongan bahkan menyerang perorangan.

Dia bahkan mengancam bersama anggota Ratna Sarumpaet Crisis Center akan menggunakan hak konstitusinya sebagai rakyat Indonesia agar SBY segera berhenti sebagai Presiden RI, jika tidak mampu membubarkan FPI.

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini