MATA INDONESIA, TOKYO – Pelari cantik asal Belarusia menolak untuk naik penerbangan dari Tokyo pada Minggu (1/8), lantaran khawatir akan keselamatannya.
Sebelumnya, Krystsina Tsimanouskaya sempat melontarkan kritik kepada sang pelatih. Alhasil, sprinter berusia 24 tahun itu pun dipaksa berkemas dan pulang lebih awal dari gelaran Olimpiade Tokyo 2020.
Ia pun meminta perlindungan dari polisi Jepang di Bandara Haneda pada Minggu malam waktu setempat. Kemudian pada Senin (2/8) pagi, anggota Parlemen Jepang, Taiga Ishikawa mencoba mengunjungi Krystsina di kantor polisi di bandara, akan tetapi polisi mengatakan bahwa sang sprinter tidak ada lagi di sana.
Ishikawa – seorang anggota oposisi dari Majelis Tinggi parlemen, mengatakan bahwa seorang petugas polisi menolak memberi tahu di mana sang atlet berada. Polisi juga memilih bungkam kepada para wartawan.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) sebelumnya mengatakan telah berbicara dengan Krystsina dan bahwa ia ditemani oleh seorang anggota staf Tokyo 2020 di Bandara Haneda.
“Dia telah memberi tahu kami bahwa dia merasa aman,” tulis IOC di akun Twitter, melansir Reuters, Senin, 2 Juli 2021.
IOC menambahkan, pihaknya akan melanjutkan percakapan dengan Krystsina dan pihak berwenang untuk menentukan langkah selanjutnya dalam beberapa hari mendatang.
Insiden tersebut, menyoroti perselisihan dalam tubuh tim Belarusia – bekas negara Soviet yang kini dipimpin oleh Presiden Alexander Lukashenko. Berkuasa sejak 1994, Presiden Alexander Lukashenko menghadapi gelombang protes, yang turut diikuti oleh beberapa atlet.
Krystsina mengatakan, staf pelatih datang ke kamarnya pada Minggu dan menyuruhnya untuk berkemas. Dia mengatakan bahwa dia kemudian dibawa ke bandara Haneda oleh perwakilan dari tim Olimpiade Belarusia.
Tetapi dia menolak untuk naik ke pesawat, atlet berusia 24 tahun itu mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pesan melalui Telegram: “Saya tidak akan kembali ke Belarus,” kata Krystsina.
Komite Olimpiade Belarusia mengatakan dalam sebuah pernyataan, para pelatih telah memutuskan untuk menarik Krystsina dari ajang Olimpiade atas saran dokter, menyusul keadaan emosional dan psikologisnya.
Dalam sebuah video yang diterbitkan di Telegram oleh Yayasan Solidaritas Olahraga Belarusia, Krystsina meminta IOC untuk terlibat dalam kasusnya. Sebuah sumber di yayasan itu, yang mendukung para atlet yang dipenjara atau absen karena pandangan politik mereka, mengatakan Krystsina berencana meminta suaka di Jerman atau Austria.
Kepala yayasan yang merupakan mantan perenang Olimpiade, Aliaksandra Herasimenia, mengatakan bahwa Krystsina juga dapat menerima bantuan dari Polandia.
“Kami meminta bantuan sejumlah negara. Tapi yang pertama bereaksi adalah konsulat Polandia. Kami siap menerima bantuan mereka,” kata kepala yayasan Herasimenia yang meraih medali Olimpiade tiga kali.
Krystsina dijadwalkan turun di nomor 200 meter pada Senin dan estafet 4×400 meter pada Kamis (5/8). Namun, berdasarkan penuturannya, ia dikeluarkan dari tim karena berbicara di Instagram akan kelalaian sang pelatih.
Ia juga mengeluh di Instagram-nya bahwa ia masuk dalam nomor estafet 4x400m setelah beberapa anggota tim ditemukan tidak memenuhi syarat untuk bersaing di Olimpiade karena tidak menjalani tes doping.
“Beberapa pelari kami tidak terbang ke sini untuk bertanding dalam estafet 4x400m karena mereka tidak memiliki cukup tes doping,” kata Krystsina.
“Dan pelatih menambahkan saya ke estafet tanpa sepengetahuan saya. Saya berbicara tentang ini di depan umum. Pelatih kepala datang kepada saya dan mengatakan ada perintah dari atas untuk mengeluarkan saya,” sambungnya.
Kepala tim atletik Belarusia di Tokyo, Yuri Moisevich, mengatakan bahwa keputusan telah diambil untuk melakukan perubahan pada tim estafet. Akan tetapi, mereka tidak segera mengumumkannya agar tidak mengganggu persiapan para atlet.
“Kami bermaksud untuk menceritakan segalanya, untuk menjelaskannya, terutama karena dia adalah seorang cadangan,” kata Moisevich.
Pemimpin oposisi Belarusia di pengasingan Sviatlana Tsikhanouskaya mendesak IOC untuk menangani kasus atlet tersebut.
“Dia memiliki hak atas perlindungan internasional & untuk melanjutkan partisipasi dalam @Olimpiade,” tulis Tsikhanouskaya di Twitter. “Penting juga untuk menyelidiki pelanggaran NOC Belarus terhadap hak-hak atlet.”