Partai Republik AS Sepakat, Covid-19 Berasal dari Kebocoran Laboratorium di Wuhan

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Banyak bukti yang menunjukkan bahwa virus corona yang menyebabkan pandemi karena kebocoran dari fasilitas penelitian di Kota Wuhan, Cina. Demikian sebuah laporan yang dirilis oleh Partai Republik Amerika Serikat (AS) – sebuah kesimpulan yang bahkan belum dicapai oleh badan intelijen AS.

Laporan tersebut juga mengutip “banyak bukti” bahwa para ilmuwan di Institut Virologi Wuhan (WIV) – dibantu oleh para ahli AS dan dana dari pemerintah Cina dan AS, bekerja untuk memodifikasi virus corona guna menginfeksi manusia. Akan tetapi, manipulasi semacam itu dapat disembunyikan.

Perwakilan Mike McCaul, Republikan teratas di Komite Urusan Luar Negeri DPR, merilis laporan oleh staf panel Partai Republik. Ia mendesak penyelidikan bipartisan tentang asal-usul pandemi virus corona yang telah menewaskan 4,4 juta orang di seluruh dunia.

Seperti sebelumnya, Negeri Tirai Bambu menyangkal tuduhan tersebut. Cina tak terima bahwa virus corona yang dimodifikasi secara genetik bocor dari fasilitas di Wuhan – tempat kasus COVID-19 pertama terdeteksi pada 2019 – sebuah teori terkemuka tetapi belum terbukti di antara beberapa ahli.

Bukan hanya itu, negeri yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu juga membantah tuduhan menutup-nutupi laporan, kejadia, maupun data-data.

Sementara pakar lain menduga pandemi Covid-19 disebabkan oleh virus hewan yang kemungkinan ditularkan ke manusia di pasar makanan laut di daerah Wuhan. Sebagian besar penderita awalnya merupakan orang-orang yang beraktivitas di sekitar pasar tersebut.

Pasar tersebut merupakan pusat penjualan hewan liar seperti kelelawar dan ular, serta makanan laut pada umumnya. Pasar ini telah telah ditutup sejak Januari 2020 dan telah disterilkan secara menyeluruh oleh otoritas China.

“Kami sekarang percaya sudah waktunya untuk sepenuhnya mengabaikan pasar basah sebagai sumbernya. Kami juga percaya, banyak bukti yang membuktikan bahwa virus memang bocor dari Wuhan dan itu terjadi sebelum 12 September 2019,” kata laporan tersebut, melansir Reuters, Senin, 2 Agustus 2021.

Laporan tersebut mengutip apa yang disebutnya informasi baru dan yang kurang dilaporkan tentang protokol keselamatan di lab, termasuk permintaan untuk perbaikan sistem pengolahan limbah berbahaya senilai 1,5 juta USD untuk fasilitas tersebut, yang berusia kurang dari dua tahun pada Juli 2019.

Pada April, badan intelijen AS setuju dengan konsensus ilmiah bahwa virus itu bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.

Presiden AS, Joe Biden pada Mei memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk mempercepat pencarian mengenai asal-usul virus dan melaporkan kembali dalam kurun waktu 90 hari.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini