MATA INDONESIA, JAKARTA – Keberadaan teknologi digital diprediksi bakal mampu mengubah peta karier di suatu negara termasuk Indonesia.
Jika 10 tahun lalu, banyak lulusan perguruan tinggi memilih untuk melamar pekerjaan sebagai karyawan dan merintis karir di kantor-kantor yang sudah mapan, kini para lulusan professional itu bisa membuka kantor mereka sendiri secara digital.
Peluang usaha rintisan bagi lulusan universitas yang ingin menjejaki karier secara mandiri ini menjadi sorotan Murray Hurps, Director of Entrepreneurship University of Technology Sidney (UTS).
“Dengan teknologi digital orang bisa dengan mudah mendapatkan klien atau konsumen. Kemampuan profesional yang dimiliki bisa dikolaborasikan dengan kesempatan yang terbuka karena teknologi digital mendekatkan segalanya,” kata Director of Entrepreneurship University of Technology Sidney (UTS), Murray Hurps, dalam webinar UTS Katadata bertema “The Future of The Digital Economy in Indonesia”.
“Jadi di masa depan, mereka yang baru lulus tidak perlu cemas dengan karier karena mereka bisa menciptakan pekerjaan sendiri,” ujarnya.
Fransisco Widjojo, alumni UTS yang kini menjadi managing partner Arkblu Capital menyampaikan bahwa masa depan ekonomi digital di Indonesia sangat bagus. Dibandingkan negara lain seperti India dan Cina, Indonesia juga punya potensi sangat besar untuk mengembangkan ekonomi digital.
Dengan total populasi hingga 270 juta, Arkblu berinvestasi di perusahaan rintisan terbaik dengan jumlah investasi awal hingga 500 ribu Dolar AS. Perusahaan investasi ini masuk ke sejumlah perusahaan luar negeri yang berpotensi memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
“Banyak yang tanya kenapa Indonesia? Karena Indonesia populasinya banyak dan banyak anak muda dengan smart penetration tinggi. Indonesia juga memiliki banyak pulau sehingga akan ada banyak masalah yang harus diselesaikan,” kata Fransisco.
Untuk mendukung kemajuan ekonomi digital di Indonesia, dibutuhkan regulasi pemerintah. Namun para panelis mengharapkan agar pemerintah tidak terlalu campur tangan dalam mengatur bisnis.
“Dukungan terbaik untuk eksositem digital adalah membiarkan bisnis itu sebagaimana adanya. Fokus pemerintah adalah menciptakan regulasi bisnis di sektor teknologi,” ucapnya.