MATA INDONESIA, KABUL – Taliban meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain di dunia mengakui pemerintahan mereka di Afghanistan. Taliban juga mengatakan bahwa pembekuan dana untuk Afghanistan bukan hanya akan akan menimbulkan masalah bagi negara mereka saja, tetapi juga bagi dunia.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus, tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Aset dan dana senilai miliaran USD milik Afghanistan di luar negeri pun dibekukan, bahkan ketika negara itu menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah.
“Pesan kami kepada Amerika adalah jika Anda masih tidak mengakui kami, maka masalah Afghanistan akan terus berlanjut, itu adalah masalah kawasan dan bisa berubah menjadi masalah bagi dunia,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melansir Reuters, Minggu, 31 Oktober 2021.
Mujahid juga mengatakan bahwa alasan Taliban dan Paman Sam berperang karena kedua belah pihak tidak memiliki hubungan diplomatik formal.
Sebagaimana diketahui, AS menginvasi Afghanistan tahun 2001, usai serangan 11 September 200. Di mana ketika itu pemerintah Taliban menolak untuk menyerahkan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.
“Berbagai isu yang menyebabkan perang itu, bisa diselesaikan melalui negosiasi, bisa juga diselesaikan melalui kompromi politik,” sambung Mujahid seraya menambahkan bahwa pengakuan adalah hak rakyat Afghanistan.
Meskipun tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban, para pejabat senior dari sejumlah negara telah bertemu dengan para pemimpin gerakan itu baik di Kabul maupun di luar negeri.
Kunjungan terakhir dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Turkmenistan, Rasit Meredow di Kabul pada Sabtu (30/10). Kedua belah pihak membahas implementasi cepat dari pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI), tulis Mujahid di Twitter.
Sementara Menteri luar negeri Cina, Wang Yi, bertemu dengan pejabat Taliban di Qatar awal pekan ini. Mujahid mengatakan bahwa Beijing berjanji untuk membiayai infrastruktur transportasi dan untuk memberikan akses ekspor Kabul ke pasar Cina melalui negara tetangga, Pakistan.
Mujahid juga membahas mengenai masalah yang dihadapi penyeberangan perbatasan, terutama dengan Pakistan, yang sering mengalami penutupan dan protes dalam beberapa hari terakhir. Penyeberangan sangat penting untuk Afghanistan yang terkurung daratan.
Ia menambahkan bahwa pembicaraan serius mengenai masalah itu diadakan ketika Menteri Luar Kegeri Pakistan melakukan perjalanan ke Kabul pada pekan lalu.