Tak Dianggap, Presiden Armenia Pilih Mengundurkan Diri

Baca Juga

MATA INDONESIA, YEREVAN – Armen Sakissian memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Presiden Armenia. Alasannya, ia merasa tak dianggap dan gagal mengatasi krisis di negaranya.

Armenia telah terlibat dalam krisis politik yang meletus setelah perang dengan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Lantas mengapa Sarkissian memutuskan mengundurkan diri? Berdasarkan laporan, Sarkissian tidak sepakat dengan Perdana Menteri Nikol Pashinyan yang memecat kepala staf umum setelah perang dengan Azerbaijan.

Sebagaimana diketahui, PM Pashinyan memecat kepala staf umum Armenia pada Maret 2021. Ia mengklaim bahwa militer Armenia tengah merencanakan kudeta.

PM Pashinyan berada di bawah tekanan sejak kesepakatan damai yang mengakhiri perang dengan Azerbaijan, dengan protes jalanan reguler menuntutnya mundur karena ketentuan perjanjian.

Di bawah kesepakatan 2020 yang ditengahi oleh Rusia, Azerbaijan mendapatkan kembali wilayah yang telah hilang selama perang di awal 1990-an. Pada saat kesepakatan damai sedang dinegosiasikan, Sarkissian mengkritik fakta bahwa dia tidak dilibatkan dalam musyawarah.

“Ini bukan keputusan yang didorong secara emosional dan berasal dari logika tertentu,” kata Sarkissian dalam sebuah pernyataan di situs web presiden Armenia, melansir Deutsche Welle, Senin, 24 Januari 2022.

“Presiden tidak memiliki alat yang diperlukan untuk mempengaruhi proses penting kebijakan luar negeri dan dalam negeri di masa-masa sulit bagi rakyat dan negara,” sambungnya.

Jabatan presiden sebagian besar bersifat seremonial di Armenia dan kekuasaan eksekutif dipegang oleh perdana menteri. Armenia menjadi republik parlementer setelah referendum 2015 yang secara signifikan membatasi kekuasaan presiden.

“Kita hidup dalam realitas yang unik, sebuah realitas di mana presiden tidak dapat mempengaruhi masalah perang atau perdamaian,” kata Sarkissian dalam pernyataannya, seraya menambahkan bahwa presiden tidak memiliki kekuatan untuk memveto undang-undang.

“Saya berharap pada akhirnya perubahan konstitusi akan dilaksanakan dan presiden dan pemerintahan presiden berikutnya akan dapat beroperasi dalam lingkungan yang lebih seimbang,” ucapnya.

Armen Sarkissian terpilih menjadi Presiden Armenia pada 2018. Ia sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar Armenia untuk Inggris dan memegang jabatan Perdana Menteri Armenia periode 1996-1997.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini