MATA INDONESIA, TIONGKOK – Sosial media saat ini sedang ramai dengan spekulasi tentang Presiden Cina Xi Jinping menjadi tahanan rumah. Beberapa postingan di media sosial menyatakan bahwa Xi Jinping telah lengser dari jabatannya sebagai kepala Tentara Pemebebasan Rakyat Cina (PLA).
Tagar #ChinaCoup saat ini mejadi tren di Twitter. Ini akibat beberapa akun yang tidak terverifikasi membuat klaim tentang kudeta militer yang terjadi di cina. Kudeta ini kabarnya telah direncanakan ketika Xi berada di Samarkand untuk mengikuti KTT SCO.
Kabar ini muncul setelah mantan Wakil Menteri Keamanan Republik Cina, Sun Lijun dijatuhi hukuman mati yang ditangguhkan pada hari Jumat 23 September 2022 atas tuduhan kasus korupsi.
Bahkan ketika klaim ini mulai beredar di media sosial, tidak ada laporan resmi dari media internasional, konfirmasi resmi dari Partai Komunis Cina, atau media resmi pemerintah. Beberapa ahli Cina membantah klaim ini dengan menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan hal semacam itu.
Bagaimana klaim tersebut dimulai?
Sebuah akun Twitter, New Highland Vision, yang memiliki lebih dari 22 ribu pengikut menulis pada 22 September bahwa mantan Presiden China Hu Jintao dan mantan perdana menteri Cina Wen Jiabao telah membujuk Ping, mantan anggota Komite Tetap Politbiro untuk mengambil kendali Central Guard Bureau (CGB) dari Xi Jinping.
Akun tersebut menambahkan, ketika Xi mengetahui hal ini, ia baru saja kembali dari Samarkand pada 16 September dan selanjutnya ia ditahan di bandara Beijing dan ditempatkan di bawah tahanan rumah. Ia mengatakan bahwa mereka pun belum memverifikasi klaim ini.
‘Bukti video’ konvoi militer
Meningkatkan isu lebih lanjut, beberapa akun membagikan bukti video dari konvoi militer besar-besaran yang dilakukan oleh PLA menuju Beijing. Akun tersebut mengklaim bahwa panjangnya hingga 80 km.
Video tersebut menunjukkan bahwa beberapa kendaraan militer bergerak di sepanjang jalan. Video berdurasi satu menit itu tidak menunjukkan dimana dan kapan kejadian tersebut berlangsung.
Klaim pembatalan penerbangan
Sebuah akun Twitter lainnya mengkalim bahwa 59 persen penerbangan telah dibatalkan di negara tersebut dan beberapa pemimpin dipenjara yang mengindikasikan adanya kudeta militer.
Kolumnis pertahanan India Saurav Jha juga mentweet bahwa beberapa penerbangan ke Lhasa Gonggar telah dibatalkan. Ia juga mengatakan bahwa ini menjadi perhatian langsung India dan ada kebutuhan untuk memeriksa apakah ada peningkatan lalu lintas udara militer di atas dataran Tibet.
Namun pakar Cina Aadil Brar membantah klaim pembatalan penerbangan. Ia membagikan tangkapan layar dari situs web pelacakan penerbangan, flightradar24, dengan mengatakan “Tidak ada penerbangan yang dibatalkan dimanapun. Lihatlah jumlah penerbangan masuk dan keluar dari China,” dilansir dari News18.