Suriah Masih Jadi Negara yang Memiliki Pengangguran Terbanyak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengangguran di seluruh dunia semakin bertambah karena perekonomian dunia yang babak belur akibat Pandemik Covid-10.

Pengangguran meningkat jauh lebih sedikit daripada yang dikhawatirkan pada awal krisis. Sebagian besar karena subsidi untuk membuat orang tetap bekerja, meskipun sektor-sektor seperti perhotelan dan ritel jalanan tetap terpukul.

Di Indonesia, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2020 angka pengangguran meningkat 2,67 juta orang dengan total keseluruhan pekerja yang menganggur sebanyak 9,77 juta orang. Peningkatan jumlah pengangguran juga membuat jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020.

Sedangkan di Eropa, tercatat jumlahnya mencapai 7,9 persen pada September 2020, jumlah tersebut naik 0,2 persen dari sebelumnya pada Juni 2020 dengan total 14 negara mencapai 12,14 juta orang yang menganggur. Jumlah tersebut dikarenakan Eropa mengalami resesi ekonomi yang dalam akibat kebijakan karantina wilayah.

Total ekonomi di Eropa menyusut pesat dan menjadi yang terburuk dari tahun 1995. Negara yang ekonominya terdampak seperti Prancis minus 13, 8 persen, Italia minus 12,4 persen, dan Spanyol minus 18,5 persen.

Sementara di Amerika Serikat, peningkatan jumlahnya menjadi 14,7 persen pada April 2020 dengan pekerja yang kehilangan pekerjaannya dan menganggur sebanyak 20,5 juta orang. Angka tersebut merupakan angka terburuk dibanding yang terjadi pada Maret 1930 terkait aksi “Hari Pengangguran Internasional”.

Di Asia, sejumlah negara tak luput dari gelombang PHK. Di antaranya Jepang, dari 2,4 persen menjadi 3 persen. Korea dari 3,8 persen menjadi 4,5 persen, hingga Hongkong dari 3 persen menjadi 4,5 persen.

Sedangkan di wilayah Timur Tengah, tingkat pengangguran tidak seperti di negara-negara lain. Ketergantungan dengan produksi Minyak yang masih berlimpah membuat negara-negara di Arab ini masih bisa mengendalikan tingkat pengangguran. Namun di Suriah justru sebaliknya.

Menurut data PBB, Republik Arab Suriah atau singkatnya disebut Suriah menjadi negara yang memiliki angka pengangguran terbanyak di dunia sebesar 50 persen pada tahun 2020. Penyebab tingginya angka tersebut selain pandemik juga berasal dari perang saudara yang berlangsung terus-menerus. Kondisi perekonomian Suriah menjadi semakin tidak stabil karena adanya kelompok separatis, ISIS yang terus menganggu keamanan negara.

Padahal Suriah adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam melimpah seperti pertanian, pertambangan, gas alam, minyak bumi, dan berbagai impor komoditas ke luar negeri.

Reporter : Rama Kresna Pryawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini