Sumsel Didorong untuk Jadi Lumbung Pangan Nasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Penerapan teknologi pertanian modern yang ditopang dengan ketersediaan pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), dan bibit unggul, Sumatera Selatan (Sumsel) disiapkan untuk jadi lumbung pangan nasional.

“Saya yakin Sumsel bisa mempertahankan labelnya sebagai daerah surplus pangan sekaligus sebagai lumbung pangan nasional,” kata Gubernur Sumsel Herman Deru di Banyuasin.

Panen penangkaran benih di Kabupaten Banyuasin tersebut hasilnya bukan saja untuk wilayah sekitar, tapi disebar ke-17 kabupaten/kota di Sumsel.

Penangkaran benih yang sudah dilakukan produsen bersertifikat ini diharapkan dapat menjadi contoh daerah lain. Apalagi, jika benih yang dihasilkan ini segera dipasarkan melalui E-Katalog benih.

Untuk itu, para pemangku kepentingan diharapkan dapat mendukung upaya perbaikan sektor pertanian ini.

Sementara itu, Bupati Banyuasin Askolani mengatakan penangkaran benih ini menjadi salah satu strategi mengembangkan pembibitan benih padi unggul.

“Panen hari ini di lahan seluas 20 hektare yang setiap hektar mampu menghasilkan gabah 7,3 ton,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura (TPH) Sumsel R Bambang Pramono mengatakan kegiatan Integrated Participatory Development dan Management of Irrigation Program (IPDMIP) telah dimulai tahun 2018 hingga 2023 yang berfokus pada pelatihan penyuluhan pertanian dan penyebaran benih.

Dari hasil panen benih di lahan 20 hektare tersebut akan diambil 1,5 ton untuk dibagikan kepada sejumlah petani di daerah lain Sumsel agar program ini menyebar ke seluruh kabupaten/kota.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini