MATA INDONESIA, JAKARTA – Relawan Covid19, Firdza Radiany dan Nesser Ike, menilai penanganan pandemi penyakit itu di Indonesia masih buruk.
Dalam pesannya yang diterima Mata Indonesia News, Selasa 2 Maret 2021, Firdza dan Nesser mengungkapkan sejumlah indikator yang membuat penanganan Covid19 di Indonesia masih buruk.
“Sudah 365 hari ya? Semoga keadaan lekas membaik. Namun dibutuhkan komitmen dan kekompakan dari berbagai pihak dan regulator untuk menjalankan 3T juga 5M,” begitu pesannya.
Dalam pesan itu, Firdza mengungkapkan bed occupancy ratio (BOR) di Jawa-Bali masih umumnya di atas 50 persen pada 24 Februari 2021. Hanya Jawa Tengah yang angka BOR-nya jauh di bawah itu yaitu 35,8 persen.
Padahal, Kawasan Jawa-Bali menyumbang sekitar 60 persen penambahan kasus baru Covid19 harian.
Hal kedua yang membuat penanganan Covid19 di Indonesia buruk adalah pelaksaan tes-lacak-isolasi/rawat masih jauh dari standar WHO. Testing di awal 2021 sudah baik, tetapi Februari turun.
Sedangkan angka pelacakan di Indonesia masih jauh lebih rendah dari standar WHO yang melacak 1 atau 2 orang dari kontak dekat. Sedangkan WHO mensyaratkan 30 orang.
Selain itu, vaksinasi yang diharapkan bisa menjadi pemutus rantai penularan masih dinilai berjalan sangat lambat.