MATA INDONESIA, BERLIN – Seperti sudah diduga sebelumnya, NATO pada Jumat 4 Maret 2022, menolak seruan Ukraina untuk membantu negara itu melindungi wilayah langitnya dari rudal dan pesawat-pesawat tempur Rusia.
NATO waswas jika bisa terseret dalam perang di Ukraina.
Sejauh ini, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat hanya berjanji akan menjatuhkan lebih banyak sanksi untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia dan Ukraina adalah dua negara yang saling bertetangga secara geografis.
Hal inilah yang membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berang dan merasa ditinggal oleh negara-negara NATO. Ia dengan tegas mengkritisi keputusan NATO. Zelenskiy mengatakan keputusan NATO itu sama dengan memberikan lampu hijau pada kampanye pengeboman oleh Rusia.
Sebelumnya Zelenskiy sudah mengajukan permohonan ke NATO agar membuat zona larangan terbang ke wilayah langit Ukraina. Rusia melancarkan invasi ke Ukraina lewat jalur darat, laut dan udara sejak 24 Februari 2022.
”Kami bukan bagian dari konflik ini,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg, menolak permintaan Ukraina.
Menurut Stoltenberg, NATO punya tanggung jawab mencegah terjadinya perang di luar Ukraina. Karena itu akan jauh lebih berbahaya, lebih menghancurkan dan akan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia.
Bagi Ukraina yang merupakan negara bekas pecahan Uni Soviet, penolakan ini cukup menyakitkan. Padahal, negara ini ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Keinginan Ukraina itulah yang membuat Rusia marah dan menyerang negara ini.
Sejak melancarkan invasi ke Ukraina, Rusia telah menembaki area pemukiman penduduk dan infrastruktur milik warga sipil serta mengambil alih dua kawasan reaktor nuklir.