Komisaris SIRCLO dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019), Triawan Munaf mengatakan, sekitar 74,5 persen konsumen tetap berbelanja secara offline dan online saat pandemi, walaupun lebih banyak memilih berbelanja online.
“Brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka. Konsumen di Asia Tenggara pun mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform. Dengan demikian, strategi omnichannel menjadi solusi untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang konsisten serta dipersonalisasi,” ujarnya.
“Diprediksikan bahwa pada tahun 2022, e-commerce di Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline. Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa. Tidak dipungkiri, masa depan retail di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline,” ucapnya.
Para pelaku UMKM dituntut untuk bisa berpikir konstruktif agar produk-produk lokal mereka bisa berkembang dengan cepat. Saat ini para pelaku UMKM lokal sudah sangat tahu kompetisi pasar sehingga mereka berlomba-lomba dalam membuat keunikan produk.
“Kata kunci dalam dunia digital adalah keterbukaan informasi dan data. Semua harus bisa terukur secara transparan dan memiliki standar. Melalui laporan riset e-commerce yang SIRCLO luncurkan dengan dukungan Katadata Insight Center, diharapkan para penyedia platform dapat membudayakan riset dan membaca data untuk mengambil langkah ke depan, agar perekonomian Indonesia semakin maju,” ungkap Founder dan CEO SIRCLO, Brian Marshal.