Staf Medis Sarankan Pemerintah Jepang Tiadakan Olimpiade

Baca Juga

MATA INDONESIA, OSAKA – Rumah sakit di kota terbesar kedua di Jepang, Osaka, babak belur di bawah gelombang besar infeksi virus corona baru. Rumah sakit di sana bahkan kehabisan tempat tidur dan ventilator.

Sementara dokter dan staf medis yang kelelahan memperingatkan bahaya dari gelombang baru virus corona dan menyarankan pemerintah Jepang agar tidak mengadakan pesta olahraga, Olimpiade pada musim panas nanti.

Wilayah barat Jepang yang dihuni 9 juta orang terkena dampak paling parah dari gelombang keempat pandemi virus corona dengan 7 persen dari populasinya meninggal dunia.

Ketika sistem perawatan kesehatan di Osaka, Jepang kewalahan menggarisbawahi tantangan dalam menyelenggarakan pesta olahraga global yang akan digelar dalam waktu dua bulan lagi. Selain itu, hanya setengah dari staf medis Jepang yang baru menyelesaikan vaksinasi.

“Sederhananya, ini adalah keruntuhan dari sistem medis,” kata Yuji Tohda, direktur Rumah Sakit Universitas Kindai di Osaka, Jepang, melansir Reuters, Senin, 24 Mei 2021.

“Varian Inggris yang sangat menular dan kewaspadaan yang menurun telah menyebabkan ledakan pertumbuhan jumlah pasien (di Jepang),” sambungnya.

Jepang telah menghindari infeksi besar yang diderita oleh negara lain, tetapi gelombang pandemi keempat menghantam prefektur Osaka, dengan 3.849 tes positif baru dalam sepekan belakangan.

Hanya 14 persen dari 13.770 pasien COVID-19 prefektur telah dirawat di rumah sakit. Panel penasihat pemerintah Jepang melihat, kurang dari 25 persen sebagai pemicu untuk mempertimbangkan pemberlakuan keadaan darurat.

Direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Farmasi Osaka (OMPUH), Jepang, Toshiaki Minami mengatakan bahwa varian terbaru COVID-19 dapat membuat generasi muda sangat cepat sakit dan begitu sakit, pasien merasa sulit untuk sembuh.

“Saya percaya bahwa hingga saat ini banyak anak muda di Jepang yang mengira mereka tak terkalahkan. Namun, kali ini tidak demikian. Semua orang sama-sama menanggung risikonya,” kata Toshiaki Minami.

Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menegaskan tidak pernah mengutamakan Olimpiade (10/5). Pada hari yang sama, jajak pendapat menunjukkan hampir 60 persen warga Jepang ingin Olimpiade dibatalkan.

Jepang telah memperpanjang keadaan darurat di Tokyo hingga akhir Mei dan sedang berjuang untuk menahan lonjakan kasus COVID-19 – menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang apakah Olimpiade Jepang harus dilanjutkan.

Suga, pejabat Olimpiade Internasional, dan perencana Tokyo, telah menegaskan bahwa Olimpiade akan berlangsung dengan cara yang aman dan terjamin.
Sementara penonton asing telah dilarang untuk datang ke Jepang dan perencana mengeluarkan buku pedoman aturan yang ketat pada bulan lalu, yang bertujuan untuk mencegah infeksi virus corona.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini