Soal Perempuan dan Hijab, Taliban Minta AS Jangan Ikut Campur

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen menegaskan bahwa tidak ada masalah terkait hak-hak perempuan di Afghanistan. Seperti yang berulang kali dijelaskan bahwa kaum perempuan akan mendapatkan haknya, termasuk untuk bekerja dan bersekolah.

Meski demikian, ada kekhawatiran internasional yang meluas pasca Taliban mengambil alih kekuasaan. Mengingat saat Taliban pertama kali memerintah Afghanistan (1996 – 2001) interpretasi ketat mereka tentang syariat Islam – terkadang ditegakkan secara brutal, di mana perempuan tidak dapat bekerja dan anak perempuan tidak diizinkan bersekolah.

Shaheen menekankan bahwa kaum perempuan di Afghanistan diwajibkan untuk mengenakan hijab baik saat bersekolah maupun bekerja. Ia juga memperingatkan Amerika Seriat (AS) untuk tidak ikut campur mengenai aturan Taliban terhadap kaum perempuan Afghanistan.

“Itu adalah perubahan budaya. Budaya kita… mereka bisa mengenyam pendidikan dengan hijab. Mereka bisa bekerja dengan hijab,” kata Suhail Shaheen, melansir Fox News, Sabtu, 4 September 2021.

“Tidak akan ada masalah tentang hak-hak perempuan. Tidak ada masalah tentang pendidikan dan pekerjaan mereka. Tapi kita tidak boleh mengubah budaya satu sama lain karena kami tidak bermaksud mengubah budaya Anda dan Anda tidak boleh mengubah budaya kami,” tuturnya.

Shaheen juga menggambarkan penarikan militer AS dari Afghanistan sebagai penutupan satu babak dalam sejarah negara itu.

“Kami telah menutup satu babak. Bagi kami itu adalah pendudukan. Kami mengakhiri itu, kami melakukan perlawanan. Tapi sekarang sudah ditutup. Itu masa lalu. Kita harus fokus ke masa depan yang lebih baik untuk mereka dan kita semua,” sambungnya.

Sebuah sumber yang dekat dengan kelompok Taliban mengatakan bahwa pemerintah sementara hanya akan terdiri dari anggota Taliban yang berisi 25 kementerian dan dewan konsultatif dari selusin cendekiawan Muslim.

Di tingkat atas, Mullah Abdul Ghani Baradar akan bergabung dengan Mullah Mohammad Yaqoob, putra Mullah Omar – salah satu pendiri Taliban, beberapa sumber juga mengatakan.

“Semua pemimpin puncak telah tiba di Kabul, di mana persiapan sedang dalam tahap akhir untuk mengumumkan pemerintahan baru,” kata seorang pejabat Taliban kepada Reuters saat berbicara dengan syarat anonim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perketat Hukuman, di Era Prabowo Narkoba Bukan Lagi Mainan

Oleh: Arifah Winarni *) Masalah narkoba di Indonesia bukan sekadar isu hukum, tetapi juga ancaman serius terhadap masa depan bangsa....
- Advertisement -

Baca berita yang ini