MATA INDONESIA, JAKARTA – Pentagon melawan Presiden Donald Trump setelah Presiden Amerika Serikat (AS) itu dinilai mengeluarkan retorika kosong soal ledakan di Beirut, Lebanon.
Seperti ramai diperbincangkan saat melakukan briefing di Gedung Putih, Selasa 4 Agustus 2020, Trump menjawab pertanyaan bahwa ledakan Lebanon merupakan “serangan yang mengerikan.”
Apalagi dia mengaku mengungkapkan hal itu setelah berbincang dengan beberapa jenderal besar AS. “Itu semacam bom, ya,” ujar Trump ketika penanya pada briefing itu ingin mendapat jawaban meyakinkan dari Trump.
Namun, beberapa orang dalam Pentagon melawan apa yang mereka sebut sebagai retorika kosong presiden.
Menurut laporan CNN tiga pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan hingga Selasa 4 Agustus 2020 malam tidak ada indikasi ledakan yang mengguncang Beirut adalah sebuah “serangan.”
Pejabat pertahanan yang tidak mau diketahui identitasnya itu kepada CNN menyatakan mereka tidak tahu apa yang sedang Presiden bicarakan soal Ledakan Lebanon tersebut.
Jika memang ada pejabat pertahanan AS mempunyai bukti bahwa ledakan itu merupakan serangan secara otomatis akan terjadi peningkatan perlindungan terhadap pasukan AS di kawasan itu.
Peristiwa itu menambah panjangan perlawanan militer terhadap Trump. Pentagon misalnya menolak menargetkan situs budaya Iran yang diincar Trump sehingga inspektur jenderalnya mengundurkan diri.