MINEWS.ID, JAKARTA – Ada saja kelakuan para pembenci Presiden Jokowi setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkannya sebagai presiden terpilih 2019-2024, termasuk bahasa Inggris yang digunakannya berkomunikasi saat KTT G20 di Osaka Jepang. Namun, budayawan Sudjiwo Tedjo, tokoh muda NU Nadirsyah Hosen serta netizen justru membelanya.
Melalui akun twitter Jack Separo Gendeng @sudjiwotedjo, dia menegaskan bukan pendukung Jokowi, tetapi soal mengritik bahasa Inggrisnya tidak tepat karena itu bukan ukuran kepresidenannya.
“Aku bukan pendukung Pak Jokowi atau siapa pun. Tapi kalau mau ngritik Presiden Jokowi kritiklah kepresidenannya. Kemampuan berbahasa Inggris bukan ukuran kepresidenan, Cuk. Itu ukuran staf ahli, peneliti, dosen dll. Mari kita fair pada Presiden Jokowi atau siapa pun. Suwun,” begitu pernyataan tertulisnya yang dikutip minews.id, Jum’at 5 Juli 2019.
Sementara Nadirsyah Hosen melalui akun @na_dirs menilai tingkatan pembenci tidak lebih dari tumpukan sampah, termasuk pembenci Jokowi yang mengomentari bahasa Inggrisnya.
“Pak @jokowi yg Inggrisnya medok bisa jadi Presiden. Lha wong saya aja Inggrisnya berantakan bisa jadi dosen di Monash, dan tulisan bhs Indonesia saya juga ancur tapi nulis banyak buku. Level pembenci akan selalu berada di tumpukan sampah. Kita mah sdh maklum, Mbah @sudjiwotedjo https://twitter.com/sudjiwotedjo/status/1146678984786112512 … .”
Pemilik akun @supry_jkw juga bahkan mengomentari @na_dirs @jokowi @sudjiwotedjo soal ketidakmampuan para pembenci Jokowi yang fasih berbahasa Inggris.
“Dan nyatanya yg jago bahasa inggris juga gak jadi presiden kok,” begitu katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan membenarkan bahasa Inggris Presiden Jokowi sangat medok logat Jawanya. Sama dengan bahasa Inggris yang sering dia gunakan sangat medok logat Batak.
Namun, komunikasi dengan bahasa internasional itu digunakan dengan baik bahkan lancar berbincang dengan putri Donald Trump, Ivanka serta seluruh pejabat tinggi dunia yang hadir di KTT tersebut.
