MATA INDONESIA, JAKARTA – Situasi di Laut Cina Selatan semakin menegangkan karena dua poros kekuatan besar masih bersitegang di perairan tesebut. Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezasyah menilai bahwa Indonesia harus waspada.
“Keadaan di Laut Cina Selatan semakin menarik membahayakan dan semakin menakutkan karena sudah melibatkan kekuatan intra ASEAN , Asia Pasifik, Indo Pasifik dan mitra strategis dari negara besar,” kata Teuku Rezasyah kepada Mata Indonesia News, Jumat 19 Februari 2021.
Situasi ini tergolong rentan karena di kawasan tersebut sudah dipenuhi campur tangan kekuatan di luar ASEAN yang meliputi dua kekuatan besar yaitu Amerika Serikat (AS) dan Cina. Bahkan saat ini muncul aliansi Quad yang berisi AS, Australia, India dan Jepang.
Melihat kondisi ini, Teuku Rezasyah menilai wajar bila tingkat kewaspadaan ditingkatkan terutama dalam bidang pertahanan.
“Kita tidak musuhi siapapun tapi kalau kedaulatan diganggu kita harus siap untuk menjawabnya, si vis pacem para bellum, kalau diplomasi gagal kita harus siap dengan kekuatan senjata,” kata Teuku Rezasyah.
Ketegangan di Laut Cina Selatan ternyata terus terjadi meski telah terjadi pergantian kepemimpinan Presiden AS dari Donald Trump menjadi Joe Biden.
Bahkan kapal AS terlihat melintasi Kepulauan Spratly mengikuti latihan bersama dengan dua kelompok kapal induk di Laut Cina Selatan dan kapal perang lain yang berlayar di dekat pulau Paracel.