Siasat Peternak Kulon Progo Hindari Risiko PMK Demi Kualitas Sapi Kurban

Baca Juga

Mata Indonesia, Kulon Progo – Menjelang tiga pekan sebelum Idul adha 2025, para pelaku usaha hewan kurban di Kabupaten Kulon Progo mulai mengalami lonjakan pesanan.

Konsumen mulai berdatangan untuk membeli hewan kurban, baik kambing maupun sapi, yang menyebabkan angka penjualan meningkat signifikan dibandingkan hari-hari biasanya.

Salah satunya adalah Eko Purnomo, seorang peternak sapi asal Jatirejo, Lendah, yang mengaku sudah mulai menerima banyak pesanan sejak April.

Hingga pertengahan Mei, ia telah menjual lebih dari 100 ekor sapi.

“Penjualan memang naik drastis. Banyak yang beli sapi di kisaran harga Rp22 juta sampai Rp27 juta,” ujarnya Sabtu 17 Mei 2025.

Harga tersebut berlaku untuk setiap ekor sapi dengan jenis seperti Simental, Limosin, dan Pegon, yang semuanya berasal dari peternakan lokal.

Eko menyebutkan bahwa sejak awal tahun 2025, ia sudah tidak lagi membeli sapi dari wilayah Gunungkidul karena khawatir dengan penyebaran penyakit hewan seperti PMK dan antraks.

“Saya lebih memilih sapi dari wilayah Jogja dan sebagian dari Wonogiri. Untuk Gunungkidul, sementara ini saya hindari karena khawatir dampaknya,” jelasnya.

Keputusan untuk tidak membeli sapi dari Gunungkidul merupakan inisiatif pribadi Eko demi menjaga kualitas dan kesehatan sapi yang ia jual.

Ia juga menambahkan bahwa harga jual saat ini tidak mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan hari biasa.

Dari ratusan sapi yang sudah terjual, sebagian besar masih dititipkan di kandangnya. Menurut Eko, pola penjualan menjelang Iduladha tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

Sebagian besar sapi tersebut akan dikirim ke lokasi kurban pada H-1 atau H-2.

“Sekarang ada sekitar 70 ekor yang masih dititipkan di sini. Konsumen kebanyakan tidak punya kandang sendiri,” ungkapnya.

Pria berusia 49 tahun itu juga menjelaskan bahwa penitipan sapi dikenai tambahan biaya sebesar Rp1-2 juta sebagai ongkos perawatan.

Mayoritas pembelinya berasal dari wilayah DIY, terutama Kulon Progo. Saat ini, hanya tersisa 20 ekor sapi yang masih tersedia untuk dijual.

Sementara itu, Sembada Mulyo Farm di Panjatan yang khusus menjual sapi Bali juga mencatat peningkatan penjualan.

Sejak setelah Idulfitri, sekitar 400 ekor sapi dari total stok 450 ekor telah terjual. Permintaan diprediksi terus bertambah menjelang Iduladha.

“Harga sapi Bali di tempat kami berkisar antara Rp16 juta hingga Rp32 juta,” kata Rois Rohana, peternak dari Sembada Mulyo Farm.

Berbeda dengan penjualan di tempat lain, sapi di sini dijual berdasarkan berat hidup, dengan harga Rp70.000 per kilogram.

Kebanyakan pembelinya bukan dari kalangan peternak, sehingga sapi-sapi yang dibeli biasanya dititipkan dulu di kandang dan akan dikirim mendekati Iduladha.

“Mereka tidak punya kandang, jadi kami bantu antar secara gratis di wilayah DIY,” tambah Rois.

Penjualan di tempatnya memang lebih tinggi dibanding hari biasa karena fokus usaha mereka adalah penggemukan sapi.

Sapi hanya dijual saat sudah mencapai kondisi ideal, sehingga di luar musim kurban penjualannya bisa dihitung dengan jari.

“Menjelang Iduladha seperti ini memang masa panennya peternak,” ucap Rois.

Kenaikan permintaan juga dirasakan oleh penjual kambing kurban, Rafiq Nur Sidiq dari Lendah.

Ia menyampaikan bahwa di hari biasa, ia hanya mampu menjual satu hingga dua ekor kambing dalam beberapa hari. Namun sekarang, menjelang Iduladha, penjualan bisa mencapai tiga ekor per hari.

Penjualannya dibantu dengan pemasaran melalui Instagram, bahkan beberapa pembelinya berasal dari luar negeri, seperti TKI yang menitipkan kurban melalui keluarganya di kampung halaman.

“Harga kambing di tempat saya mulai dari Rp2,3 juta hingga Rp6,5 juta per ekor. Sekarang yang harga tinggi sudah habis, tinggal yang kisaran Rp2,3 juta hingga Rp5 juta,” katanya.

Jenis kambing yang dijual pun beragam, mulai dari domba Garut, savera, hingga etawa.

Rafiq menyebutkan bahwa puncak penjualan biasanya terjadi dua pekan sebelum Iduladha.

Kambing-kambing yang ia jual berasal dari ternak mandiri maupun dari peternak lokal sekitar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini