Sentimen Negatif dari Luar Belum Berkurang, Rupiah Diramalkan Lanjut Melemah di Awal Pekan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan melanjutkan trend negatif di awal pekan, 24 Februari 2020.

Jumat lalu, rupiah ditutup pada posisi Rp 13.765 per dolar AS atau melemah 0,42 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim pun memprediksi rupiah akan bergerak melemah pada kisaran Rp 13.689 hingga Rp 13.810 per dolar AS.

Ia mengatakan, pelemahan rupiah Senin ini masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.

Pertama, soal perkembangan penyebaran virus corona yang masih bikin galau investor. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 76.215 jiwa. Korban jiwa terus bertambah menjadi 2.247 orang.

Meski paling banyak menyerang di Cina, namun virus ini juga menyebar ke 28 negara dan menciptakan kepanikan. “Virus corona juga memberikan dampak bagi ekonomi. Produksi yang terhambat tidak hanya terjadi di China, tetapi sudah dirasakan di negara lain,” ujar Ibrahim Jumat lalu.

Kedua, soal data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur milik Jepang untuk periode Februari 2020 adalah 47,6. Jumlah ini tak mengalami perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 47,6. Sekaligus menjadi yang terendah sejak akhir 2012.

“Data PMI ini menunjukkan risiko resesi teknikal di Jepang semakin tinggi. Survei menggambarkan bahwa dampak penyebaran virus Corona sudah dirasakan oleh Jepang, terutama dari jalur pariwisata,” kata Ibrahim menirukan pernyataan Jo Hayes, Ekonom IHS Markit.

Sementara dari dalam negeri, laju mata uang garuda dipengaruhi oleh perekonomian Indonesia yang ikut merasakan efek dari corona.

Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), potensi kehilangan devisa dari pariwisata mencapai 1,3 miliar dolar AS. Sementara dari sisi logistik, dampak di sisi ekspor adalah 0,7 miliar dolar AS dan impor 0,7 miliar dolar AS.

Kemudian ada dampak penundaan investasi, khususnya dari China, yang diperkirakan bernilai 0,4 miliar dolar AS. Angka-angka tersebut membuat Gubernur BI Perry Warjiyo dan sejawat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020.

Awalnya, ekonomi Indonesia tahun ini diramalkan tumbuh 5,1 persen hingga 5,5 persen, tetapi kemudian direvisi menjadi 5 persen hingga 5,4 persen.

“Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek terhadap pemulihan ekonomi dunia pasca Covid-19 yang mempengaruhi lewat pariwisata, perdagangan dan investasi,” ujar Ibrahim menirukan pernyataan Perry, Kamis lalu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Presiden Jokowi Sampaikan Dukacita atas Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Mata Indonesia - Presiden Joko Widodo menyampaikan dukacita yang mendalam atas wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi yang meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/05) lalu. Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam keterangannya di hadapan awak media di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, Selasa, 21 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini