MATA INDONESIA, JAKARTA -Â Aktivitas Gunung Merapi dari hari ke hari kian menunjukkan bahaya yang serius. Dalam 24 jam terakhir, sejak Sabtu 25 Januari dinihari, Merapi telah mengalami 13 kali gempa guguran.
Data Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan mencatat selama periode 00.00-06.00 WIB saja sudha terjadi empat gempa guguran dengan amplitudo 4-17 milimeter berdurasi 22,08-91-84 detik.
Jumlah itu ditambah lagi dengan tiga gempa hembusan, satu gempa frekuensi rendah dan empat gempa fase banyak. Pada periode pengamatan 06.00-12.00 WIB telah terjadi tiga gempa guguran beramplitudo 3-10 milimeter dan durasi 13,9-60,6 detik.
Kemudian juga ditambah dua gempa hembusan dan satu gempa fase banyak. Pada periode pengamatan 12.00-18.00 WIB, terjadi empat gempa guguran beramplitudo 3-40 milimeter dan durasi 31,32-111,84 detik, ditambah satu gempa fase banyak.
Selanjutnya, pada periode 18.00-24.00 WIB, Petugas PGM Babadan, Triyono, melaporkan dua gempa guguran beramplitudo 4-12 milimeter dan durasi 42,72-43,32 detik, serta satu gempa hembusan dan tiga gempa fase banyak.
“Angin bertiup lemah ke barat, cuaca cerah dan berawan. Suhu udara 14,5-22,4 derajat celcius dengan kelembaban udara 34-83 persen dan tekanan udara 628,1-708,9 milimeter merkuri,” kata Triyono, Minggu 26 Januari 2020.
Saat ini, status aktivitas Gunung Merapi masih di level waspada atau level II, yang sudah ditetapkan sejak 21 Mei 2018 lalu, atau sudah nyaris dua tahun.
Area dalam radius tiga kilometer dari puncak diminta tidak ada aktivitas manusia. Masyarakat diimbau mengantisipasi bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak.