Selamat Hari Buruh! Gak Disangka 5 Artis Kondang Ini Pernah Jadi Buruh Lho

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh oleh berbagai serikat pekerja di dunia. Termasuk di Indonesia.

Bicara soal buruh, ternyata ada lho sejumlah artis kondang di tanah air yang kini hidup sukses dan kaya raya, justru mengawali karirnya dulu dari profesi buruh. Siapa saja mereka?

Iko Uwais

Siapa tak kenal Iko Uwais. Aktor tampan ini dikenal jago berakting, namanya bahkan sudah diakui di kancah Hollywood. Namun siapa sangka, dulu Iko pernah bekerja jadi buruh.

Ia pernah bekerja sebagai sopir truk di sebuah perusahaan penyedia telekomunikasi. Namun perjuangannya memulai karir dari bawah kini telah berbuah manis. Kesuksesan dan popularitas sudah berhasil diraih Iko Uwais.

Chand Kelvin

Dikenal sebagai artis muda yang ganteng dan sukses, siapa sangka dulu Chang Kelvin pernah jadi buruh juga gaes. Namun tak lama bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan industri Jababeka Cikarang, ia kemudian berhasil tembus dunia keartisan lewat ajang Coverboy.

Opie Kumis

Sukses jadi komedian terkenal, rupanya Opie Kumis pernah menjalani hidup berat sebagai buruh bangunan dengan upah yang terbilang rendah.

Tukul Arwana

Komedian Tukul Arwana juga satu dari sederet artis yang berjuang memulai karir dari bawah. Tukul bahkan pernah melakoni pekerjaan sebagai sopir truk gas elpiji di daerah Tanah Mas hingga akhirnya hijrah ke Jakarta untuk mewujudkan impiannya menjadi pelawak.

Hendrik Ceper

Almarhum Hendrik Ceper dikenal sebagai komedian dan artis FTV. Sebelum sukses mejalani karir di dunia hiburan, ia sempat bekerja sebagai buruh di pabrik tekstil lho gaes.

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini