MINEWS.ID, JAKARTA – Media yang berpusat di Hongkong, South China Morning Post (SCMP) menyatakan upaya mendelegitimasi Pemilu 2019 telah membangunkan sel teroris Indonesia yang beberapa tahun ini tertidur. Saat ini setidaknya ada 3.000 orang yang menantikan munculnya kekacauan untuk mengambil alih pemerintahan.
Hal itu dituangkan dalam laporan yang ditulis Amy Chew, berjudul “Air of unease hangs over Indonesia amid disputed election, provoking Prabowo supporters and awakening dormant terror cells.”
Mengutip siaran pers Setara Institute, SCMP menulis pada 17 Mei 2019 bahwa narasi mendelegitimasi proses Pemilu 2019 yang intensif menjadi penyebab bangunnya sel-sel teroris tersebut.
Hal tersebut juga mengkhawatirkan mantan anggota Al-Qaeda Asia Tenggara Sofyan Tsauri. “Ada sekitar 3.000 yang siap jihad di Indonesia … mereka menunggu kondisi negara dalam keadaan chaos … saat itu lah mereka akan menyerang. Sebagai mantan jihadis saya sangat khawatir,” kata Sofyan kepada SCMP yang dikutip Sabtu 18 Mei 2019.
Kelompok-kelompok militan Indonesia, menurut laporan SCMP, telah lama berjuang untuk mendirikan negara kilafah di Indonesia untuk menyingkirkan sistem demokrasi yang dianggapnya produk barat dan merupakan syirik.
Mengutip analis terorisme independen, Hasibullah Satrawi, ISIS selama ini mendirikan negara memang melalui perang dan konflik. Irak dan Syria adalah contoh pertamanya.
Para militan yang ada di Indonesia itu juga sangat mengharapkan terjadinya konflik. Tetapi bukan sekadar konflik kaleng-kaleng, mereka mengharapkan konflik yang berkepanjangan sampai mengakibatkan kekosongan keamanan, pemerintahan dan otoritas.
“Mereka memang sangat senang konflik,” kata Hisbullah.
Ajakan demonstrasi massa atau people power yang dilakukan Amien Rais akan dijadikan bahan bakar oleh kelompok-kelompok tersebut untuk meledakkan konflik tersebut.