Satanisme dan Ateisme Memiliki Kesamaan?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Semua manusia pastinya setuju dengan penafsiran kata ‘setan’ adalah suatu hal yang negatif. Namun tidak untuk Anton Szandor Lavey, pria kelahiran tahun 1930 asal Amerika ini adalah pendiri satu kultus penyembah setan yang dinamakan kultus satanis.

Kultus penyembah setan ini didirikan sejak tahun 1966, bersamaan dengan didirikannya Church of Satan di Kolumbia. Sejatinya, agama peyembah setan ini tidak benar–benar menyembah sosok iblis yang sering digambarkan manusia, berwarna merah, bertanduk panjang, dan menggenggam trisula.

Kaum satanis terbagi menjadi dua yaitu Satanisme Teistik dan Satanisme Ateistik. Kedua paham tersebut sama–sama berdiri sebagai agama penentang ajaran Kristen. Penganut Satanisme Teistik menghormati setan sebagai dewa supernatural, bukan memandangnya sebagai zat maha kuasa, melainkan sebagai sosok fisik yang disegani.

Berbeda dengan Satanisme Ateistik yang menganggap bahwa ‘setan’ hanyalah simbol dari sifat–sifat manusia. Kepercayaan ini disebut juga Satanisme Laveyan. Jika dikaitkan dengan ateisme, sebenarnya ajaran Satanisme Ateistik memiliki kesamaan. Kedua kepercayaan tersebut sama–sama menyerukan jargon kebaikan bagi mereka yang pantas menerimanya.

Perbedaan antara dua pemahaman ini adalah bagaimana mereka mendefinisikan dan menggambarkan sosok ‘setan’ itu sendiri. Secara harfiah, ateisme hanya sebatas pemahaman bahwa para penganutnya tidak percaya akan adanya tuhan, kecuali hanya berpegang teguh pada akal sehat dan logika saja.

Sedangkan Satanisme Ateistik memandang setan sebagai makhluk fisik dan pragmatis. Paham ini menyebarkan pandangan dunia secara naturalistik, yang memandang manusia sebagai hewan. Lavey sebagai orang yang menyebarkan ajaran ini menegaskan bahwa pemuja setan harus bersifat individualis dan diajarkan untuk menghiraukan stereotype negatif masyarakat.

Dalam pemahamannya, Satanisme Ateistik ini memuji tujuh dosa yang disebut The Seven Deadly Sins yaitu, kesombongan, keserakahan, murka, iri hati, nafsu, rakus, dan kemalasan. Ketujuh dosa tersebut dianggap sebagai kebajikan yang bermanfaat bagi setiap individu manusia.

Reporter: Viery Andhika Ramadian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini