Rusia Tak Sudi Ekspor Makanan ke Negara Musuh

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW – Presiden Vladimir Putin meminta Rusia mengawasi ekspor makanan ke negara-negara yang bermusuhan. Ia juga menilai bahwa sanksi Barat memicu krisis pangan global dan melonjaknya harga energi.

Sanksi Barat atas Rusia menyusul invasi yang terjadi di Ukraina pada 24 Februari telah mengarahkan Rusia ke krisis ekonomi terburuknya sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991, meskipun Moskow mengatakan dampak global dari sanksi itu bisa jauh lebih signifikan.

Kepala Kremlin memperingatkan bahwa harga energi yang lebih tinggi dikombinasikan dengan kekurangan pupuk akan mendorong Barat untuk mencetak uang untuk membeli persediaan, yang menyebabkan kekurangan pangan di antara negara-negara miskin.

“Mereka pasti akan memperburuk kekurangan pangan di wilayah termiskin di dunia, memacu gelombang migrasi baru dan secara umum mendorong harga pangan lebih tinggi lagi,” kata Putin dalam pertemuan tentang pengembangan produksi pangan.

“Dalam kondisi saat ini, kelangkaan pupuk di pasar global tidak bisa dihindari. Kita harus lebih berhati-hati dengan pasokan makanan di luar negeri, terutama memantau ekspor ke negara-negara yang memusuhi kita dengan hati-hati,” sambungnya, melansir Reuters, Rabu, 6 April 2022.

Pada pekan lalu, salah satu sekutu Putin memperingatkan bahwa Rusia dapat membatasi pasokan produk pertanian hanya ke negara-negara “sahabat”, di tengah sanksi Barat yang dikenakan pada Moskow.

Sebagai informasi, Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia dan memasoknya ke negara-negara di Afrika dan Timur Tengah. Rusia juga merupakan produsen utama pupuk yang mengandung kalium, fosfat, dan nitrogen – nutrisi tanaman dan tanah utama.

Rusia memproduksi lebih dari 50 juta ton pupuk per tahun, 13 persen dari total global. Phosagro (PHOR.MM), Uralchem, Uralkali, Acron (AKRN.MM), dan Eurochem adalah sederet pemain pupuk terbesar di dunia.

Sanksi, kata Putin, telah mengganggu logistik pasokan pupuk dari Rusia dan Belarusia. Sementara harga gas alam yang lebih tinggi membuat produksi pupuk lebih mahal di Barat.

Dalam peringatan kepada negara-negara Eropa, Putin menegaskan bahwa Moskow akan menanggapi dengan baik setiap upaya untuk menasionalisasi aset Rusia, menyindir bahwa tindakan tersebut adalah senjata bermata dua.

Putin mengatakan operasi militer khusus Rusia di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Untuk itu, Rusia harus membela orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina dari penganiayaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jokowi dan Karpet Merah untuk Tambang: Korupsi Merajalela, Rakyat Terpinggirkan

Mata Indonesia, Yogyakarta - Kegiatan tambang yang dilakukan secara tidak terkendali dan tanpa memperhatikan keberlanjutan telah memberikan keuntungan besar bagi segelintir pihak, terutama para pemilik bisnis tambang. Sayangnya, rakyat dan negara hanya mendapatkan sedikit manfaat.
- Advertisement -

Baca berita yang ini