MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Ratusan loyalis pemerintah Thailand dengan mengenakan kemeja berwarna kuning berkumpul di luar kantor parlemen pada Selasa (17/11), meminta anggota parlemen menolak perubahan pada konstitusi yang dibuat oleh mantan junta militer, sebagai tanggapan atas meningkatnya protes anti-pemerintah.
Demonstrasi tandingan juga akan diadakan oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah yang mengupayakan pencopotan Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, mantan penguasa militer.
“Mengubah konstitusi akan mengarah pada penghapusan monarki,” kata pemimpin royalis Warong Dechgitvigrom kepada wartawan, melansir Reuters, Selasa, 17 November 2020.
Anggota parlemen akan membahas beberapa proposal mengenai cara amandemen konstitusi –beberapa di antaranya akan mengecualikan kemungkinan perubahan pada cara monarki Raja Maha Vajiralongkorn di bawah konstitusi.
Ada juga diskusi mengenai peran Senat, yang sepenuhnya dipilih oleh mantan junta, Prayuth Chan-ocha dan membantu memastikan bahwa ia mempertahankan kekuasaan dengan mayoritas parlemen setelah pemilihan yang disengketakan tahun lalu.
Protes yang telah berlangsung sejak awal Juli itu meminta sang perdana menteri menyerahkan tampuk kekuasaan. Para pengunjuk rasa juga menuntut reformasi monarki Thailand dengan membatasi kekuasaan Raja Vajiralongkorn.
“Kami tidak ingin mereka mengubah apa pun di monarki,” kata Samutprakan Chum, seorang royalis berusia 58 tahun. “Monarki itu surgawi, kita berada di neraka, kita jauh di bawah mereka, kita harus tahu tempat kita,” tuntasnya.