Roeslan Abdulgani, Sahabat Soekarno yang anti PKI

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Salah satu sahabat Presiden Soekarno adalah Roeslan Abdulgani. Namun meski bersahabat, Ruslan sangat bertolak belakang soal Partai Komunis Indonesia (PKI) dari Soekarno.

Lelaki yang sering dipanggil Cak Roes itu bahkan menyatakan sendiri saat dia ditunjuk sahabatnya itu menjadi menteri penerangan menggantikan Muhammad Yamin pada 1963.

“Baik. Tapi dengan syarat. Saya tidak mau didikte Bung Karno kalau soal menghadapi PKI,” kata Ruslan di hadapan Soekarno.

“Ya, ya…,” jawab Bung Karno sebagaimana ditirukan Roeslan yang ditulis Priyono Sumbogo pada 24 Juni 1989 dalam Memoar Senarai Kiprah Sejarah Jilid 2.

Pernyataannya itu ternyata bukan sekadar basa-basi antarsahabat. Hubungan keduanya semakin renggang dua tahun kemudian ketika Soekarno semakin akrab dengan PKI menjelang Peristiwa Lubang Buaya.

Saat Soeharto menggantikan Soekarno, Cak Roes tidak “disingkirkan” dengan tuduhan antek PKI sebagaimana ‘orang dekat’ Soekarno lainnya.

Kepiawaiannya merumuskan pemikiran-pemikiran Soekarno menjadi bahan indoktrinasi ideologi justru menarik Soeharto dan menempatkannya sebagai Ketua Tim BP7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada 1978.

Roeslan bukan saja ikut mengantar Bangsa Indonesia merdeka, dia juga ikut menyaksikan proses reformasi bangsa ini.

Di tahun-tahun 1997 sampai dengan 1999 dia masih terlihat aktif mengikuti rapat-rapat politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Padahal saat itu usianya sudah 80 -an tahun.

Roeslan dilahirkan dari keluarga tajir di masanya. Bapaknya Haji Abdulgani adalah pedagang kaya yang menjadi anggota Sarekat Islam.

Kekayaannya bisa dilihat dari kepemilihan tujuh sedan Fiat yang dijadikan taksi di Surabaya.

Haji Abdulgani beristri dua. Kedua istrinya dibelikan rumah di Kawasan Plampitan Surabaya. Istri pertama di Gang II, sedangkan istri kedua, Siti Moerad di Gang V, Plampitan, Kelurahan Peneleh Surabaya.

Siti Moerad itulah ibunda Ruslan Abdulgani yang melahirkannya pada 24 November 1914.

Saat Soekarno tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto, sering belanja ke warung Haji Abdulgani bahkan berhutang. Di situlah pertemanan dengan Cak Roes dimulai.

Cak Roes meninggal dunia 29 Juni 2005 pada usia yang sangat sepuh, 90 tahun. Usia yang mengantarnya menyaksikan dua perubahan krusial bangsa Indonesia, kemerdekaan dan reformasi.

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini