MATA INDONESIA, MOSKOW – Wajib militer Rusia menjadi salah satu hal yang paling banyak dihindari oleh laki-laki muda di Rusia. Puluhan ribu orang Rusia melarikan diri dari rumah sejak awal tahun ini. Mereka melarikan diri ke negara-negara di seluruh Kaukasus Selaran dan Eropa.
Ketika Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk mengimbangi kerugian Rusia di Ukraina, gelombang emigrasi baru tampaknya akan segera terjadi.
Harga tiket untuk tujuan emigrasi termasuk Istanbul melonjak setelah pidato Putin. Beberapa tiket maskapai juga terjual habis seluruhnya.
Melansir dari The Moscow Times, para pemuda Rusia yang pindah ke Istanbul mengatakan bahwa mereka khawatir bahwa wajib militer membuat mereka dikirim secara ilegal untuk memerangi Ukraina.
Mereka juga khawatir pemerintah mengubah hukum Rusia untuk memungkinkan mobilisasi yang lebih luas, atau penyebaran wajib militer di luar negeri.
Untuk memastikan mereka tidak dipanggil, mereka tidak punya pilihan selain tinggal di luar negeri sampai usia ke-27.
Ketika mereka tidak lagi memenuhi syarat untuk wajib militer.
Namun dengan kebijakan mobilisasi parsial, mereka yang berusia lebih dari 27 tahun juga berisiko akan tetap harus memenuhi panggilan wajib militer.
Seorang pemuda bernama Alexander asal Rusia, telah dua bulan berada di Istanbul. Ia sebentar lagi harus kembali ke Rusia untuk memperbarui paspornya. Tetapi karena paspor baru hanya bisa terbit untuk pria yang belum menyelesaikan dinas militer mereka, akhirnya ia mengalami masalah.
Setelah pemerintah Rusia menolak bandingnya untuk pembebasan medis, Alexander harus terseret ke pengadilan karena menghindari wajib militer.
Melansir dari The Moscow Times, ia mengatakan “Saya menolak panggilan mereka dengan alasan penyakit yang belum terbukti, tetapi saya harus kembali ke Rusia untuk melakukan lebih banyak tes.”
Meskipun undang-undnag Rusia mengamanatkan wajib militer tidak dapat digunakan dalam konflik di luar Rusia, beberapa pria yang menjalani wajib militer telah tekonfirmasi tewas saat berperang di Ukraina.