MATA INDONESIA, BERLIN – Warga Jerman sudah ketar ketir terkait inflasi yang terus naik dalam tiga bulan terakhir ini. Presiden bank sentral Jerman Joachim Nagel memperkirakan negara ini akan mengalami resesi. Ia memproyeksi inflasi di Jerman akan terus meroket hingga menembus angka tertinggi.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Rheinische Post pada Sabtu, 20 Agustus 2022, Nagel menyebut negaranya mungkin saja akan jatuh ke resesi. ”Angka rata-rata inflasi mungkin saja bisa sampai 10 persen pada musim gugur nanti,” kata Nagel.
Menurutnya, gelombang kenaikan harga – harga energi di Jerman karena berkurangnya suplai dari Rusia. Jerman adalah konsumen terbesar energi dari Rusia sehingga kekurangan pasokan ini telah mendorong kenaikan harga-harga di Jerman, bahkan naik lebih tinggi.
”Inflasi dua digit terjadi terakhir kali di Jerman pada lebih dari 70 tahun lalu,” kata Nagel.
Jerman pernah mengalami kondisi seperti ini pada 1951. Saat itu inflasi menyentuh angka 11 persen. Angka ini sangat tinggi untuk standard saat itu.
Kondisi perekonomian Jerman masih akan karut marut sampai tahun depan. Inflasi masih akan tetap tinggi pada 2023. Pemicunya, suplai masih akan terbatas dan ketegangan geopolitik yang masih akan berlanjut.
Menurut Nagel, inflasi akan melampaui proyeksi bank sentral Jerman atau Bundesbank, yang memperkirakan inflasi pada Juni naik 4,5 poin atau menjadi sekitar 6 persen. Atau sebelum menembus angka dua digit pada tahun depan.
Harga gas alam dan listrik di Jerman naik tak terkontrol. Nagel memperingatkan berkurangnya impor gas alam dari Rusia bisa memperparah ekonomi Jerman. Pengurangan impor ini terjadi saat Eropa menghadapi gelombang panas hingga membuat tingkat air di sungai-sungai di Eropa, berkurang dan transportasi di sungai, terhalang.
“Saat krisis energi semakin dalam, resesi kemungkinan terjadi pada musim dingin mendatang,” kata Nagel.