Protokol SEMAI, Cegah Intoleransi di Sekolah dari Wahid Institute

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Untuk mencegah intoleransi menjamur di sekolah, Wahid Institute membuat Protokol SEMAI (Sekolah Merdeka Intoleransi).

Pesan dari peneliti Wahid Institute, Alamsyah M Djafar diterima Mata Indonesia News, Sabtu 27 Maret 2021.

“Protokol SEMAI ini sebetulnya disusun melalui berbagai rangkaian dan proses diskusi yang melibatkan orang tua siswa dan Kemendikbud,” ujar Alamsyah.

Protokol itu berisi gagasan dan konsep praktis mekanisme pelaporan sebagai salah satu strategi mencegah intoleransi di sekolah negeri.

Namun protokol tersebut menurut Alamsyah lebih banyak melakukan pendekatan pencegahan dari pada penindakan.

Jika terjadi praktik bullying terhadap siswa maka terlebih dahulu menyelesaikan dengan cepat melalui musyawarah.

Langkah cepat harus dilakukan agar budaya toleransi perlahan-lahan akan tumbuh di lingkungan sekolah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Bansos Harus Bermanfaat, Bukan Alat Judi Daring

Oleh : Wiliam Pratama Bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah merupakan bentuk nyata kepeduliannegara terhadap masyarakat yang terdampak situasi ekonomi. Di tengah tekanan daya beliakibat fluktuasi harga kebutuhan pokok, bansos menjadi instrumen penting untuk menjagastabilitas sosial, membantu keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar, sertamenjadi penguat daya tahan rumah tangga. Namun di balik niat baik itu, terdapat tantanganserius: penyalahgunaan bansos untuk praktik Judi Daring yang merusak sendi ekonomi dan moral masyarakat. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, secara tegas mengingatkan masyarakatpenerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) agar tidak menyalahgunakan dana bantuan untukaktivitas yang kontraproduktif. Dalam kunjungannya ke Kota Pekanbaru, Wapres meninjaulangsung proses penyaluran BSU yang diberikan kepada pekerja sektor informal dan buruhterdampak ekonomi. Ia menekankan bahwa bansos ini bukan untuk dibelanjakan pada kegiatan spekulatif seperti Judi Daring, tetapi harus digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok dan memperkuat ekonomi keluarga. Peringatan Wapres Gibran bukan tanpa dasar. Praktik Judi Daring saat ini telah menjangkitiberbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam tekanan ekonomi. Dengandalih “mencari keberuntungan,” sebagian masyarakat justru terjebak dalam pusaran hutangdan ketergantungan. Hal ini sangat ironis, karena dana yang disediakan negara sebagaipenopang hidup justru berpotensi menjadi jalan kehancuran jika tidak digunakan secara bijak. Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Jawa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini