MATA INDONESIA, NEW DELHI – Protes meletus sebagai respons terhadap beberapa sekolah yang menolak murid yang mengenakan jilbab. Hal ini membuat negara bagian Karnataka di selatan India memerintahkan sekolah dan perguruan tinggi ditutup selama tiga hari.
Media lokal melaporkan bahwa beberapa sekolah di kota pesisir Udupi telah menolak masuknya siswi Muslim yang mengenakan jilbab dengan alasan perintah kementerian pendidikan, yang memicu protes dari orang tua dan siswa.
Ketegangan kian meningkat dalam beberapa hari terakhir di Udupi dan di tempat lain di Karnataka yang mayoritas Hindu ketika siswa dengan selendang safron – pakaian yang biasa dipakai oleh umat Hindu, memadati ruang kelas untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap larangan jilbab di sekolah mereka.
“Saya mengimbau semua siswa, guru, manajemen sekolah, dan perguruan tinggi serta masyarakat Karnataka untuk menjaga perdamaian dan harmoni,” kata Kepala Menteri Karnataka, Basavaraj Bommai, melansir Swiss Info, Rabu, 9 Februari 2022.
Pemerintah Karnataka, yang 12 persen populasinya beragama Islam dan yang diperintah oleh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) Perdana Menteri Narendra Modi, mengatakan bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen.
Partai oposisi dan kritikus menuduh pemerintah BJP di tingkat federal dan negara bagian mendiskriminasi minoritas agama dan berisiko memicu kekerasan. PM Modi telah mempertahankan catatannya dan mengatakan kebijakan ekonomi dan sosialnya menguntungkan semua orang India.
Sebuah kasus yang diajukan oleh salah satu siswa, yang mengatakan dalam petisinya bahwa mengenakan jilbab adalah hak dasar beragama yang dijamin oleh konstitusi, disidangkan di Pengadilan Tinggi Karnataka di ibukota negara bagian Bengaluru pada Selasa (8/2).