MATA INDONESIA, JAKARTA-Program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang digulirkan pemerintah saat ini di masa pandemi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu diungkapkan Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet.
Selain PEN, kata dia untuk dana stimulus lain seperti misalnya bansos dan juga BLT memang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Program perlindungan sosial dengan anggaran Rp 157,41 triliun meliputi PKH Rp 28,71 triliun, kartu sembako Rp 45,12 triliun, Pra Kerja Rp 20 triliun, BLT Dana Desa Rp 14,4 triliun, bansos tunai Rp 12 triliun, perlinsos lainnya Rp 37,18 triliun.
Yusuf mengatakan stimulus pemerintah seperti bantuan sosial (bansos) dan BLT dapat berdampak langsung terhadap konsumsi rumah tangga sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat nyata.
Ini terjadi karena konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu hampir 60 persen.
Hal itu terbukti, ketika bantuan pemerintah melalui PEN khususnya untuk perlindungan sosial sudah disalurkan maka proses pemulihan ekonomi mulai terlihat terutama di kuartal III dan IV tahun lalu.
Di sisi lain, bantuan pemerintah lainnya seperti subsidi ongkos kirim untuk belanja melalui online ternyata tidak terlalu berdampak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Yusuf menjelaskan sumbangan ekonomi digital yang di dalamnya terdapat produk e-commerce hanya menyumbang sekitar dua persen terhadap PDB Indonesia.
Tak hanya itu, menurut Yusuf penjualan melalui platform online meningkat drastis karena dipengaruhi oleh adanya pandemi yang pada akhirnya mengubah pola belanja masyarakat.
“Melihat tren tahun lalu tanpa adanya subsidi ongkir dari belanja online ini meningkat drastis jadi sebenarnya kalau pun tidak ada subsidi ongkir penjualan produk online masih berpotensi tumbuh apalagi e-commerce gencar memberikan promosi,” katanya.