Produk Organik Indonesia Sukses Raup Transaksi Rp 114 Miliar di AS

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Produk organik Indonesia berhasil meraup USD 7,9 juta atau setara Rp 114 miliar di pameran Natural Product Expo West (NPEW). Pameran yang merupakan pameran khusus produk alami dan terbesar di dunia ini berlangsung pada 7-9 Maret 2019 di Anaheim, Amerika Serikat (AS).

“Hasil transaksi di NPEW 2019 mencapai USD 7,9 juta, sekitar enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan hasil transaksi tahun lalu. Ini menunjukkan besarnya kepercayaan pasar pada produk Indonesia dan tingginya permintaan produk organik di pasar AS,” ujar Antonius.

Paviliun Indonesia menampilkan empat perusahaan, yaitu Harendong Green Farm, Mega Inovasi Organik, Mega Organik Indonesia, dan IMC Coconut. “Keseluruhan perusahaan yang ikut dalam pameran telah melewati proses kurasi yang selektif dari manajemen pameran guna memastikan para peserta telah memiliki kualitas produksi yang baik, berkelanjutan, dan memiliki sertifikasi organik yang diakui secara internasional,” jelas Antonius.

Paviliun Indonesia mendapatkan lokasi strategis, yaitu di aula utama sekaligus zona produk organik. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri, yaitu bisa mendapatkan eksposur yang tinggi terhadap para pembeli premium dari AS, Kanada, Inggris, Australia, Jepang dan Hongkong. Selain itu, Paviliun Indonesia juga dikunjungi oleh perwakilan perusahaan manufaktur besar seperti Unilever, Nestle, dan Pepsi Co. yang hadir dalam pameran tersebut untuk memenuhi kebutuhan suplai produknya.

Berbagai produk yang ditampilkan di Paviliun Indonesia adalah varian teh hijau, teh hitam, dan teh oolong dari Lebak, Banten, yang telah mendapatkan sertifikasi organik dari badan IMO, Switzerland. Selain itu, produk organik lainnya adalah keripik yang terbuat dari 100 persen keripik ubi alami tanpa pengawet dan berhasil memenangkan Sofi Award 2018 dari Specialty Food Association.

Produk lain yang juga menarik perhatian pembeli di Paviliun Indonesia adalah gula kelapa organik Indonesia dan buah salak yang memiliki rasa serta tampilan yang unik. Berbagai rempah organik juga memperkaya variasi produk organik yang ditawarkan.

Berdasarkan pengakuan dari sejumlah pembeli yang hadir, produk natural dan organik Indonesia masih berpotensi sangat besar untuk memasuki pasar AS yang saat ini mengutamakan gaya hidup sehat. Tren vegan misalnya yaitu pola makan yang tidak mengonsumsi daging dan produk berbahan dasar susu (susu, keju, dan telur) menciptakan potensi pasar bagi produk makanan dan minuman yang berbahan dasar tanaman (plant based food).

Pengunjung juga menyukai produk dengan kemasan individual dan praktis, serta langsung dapat dinikmati seperti fruit jerky, protein bars, protein bites, fruit bites, dan sebagainya. “Diharapkan nantinya semakin banyak perusahaan Indonesia yang memanfaatkan tren natural dan organik ini, sehingga produk makanan dan minuman Indonesia semakin berkualitas dan mendapat harga premium di pasar AS,” tandas Antonius.

NPEW kali ini diikuti oleh 3.690 peserta pameran dan dihadiri 100 ribu pengunjung dari berbagai negara. Ajang pameran ini setiap tahunnya dikunjungi oleh pembeli premium dari seluruh dunia.

Selain itu, berbagai distributor besar dan wholesaler seperti Costco, Kroeger, Albertson, Safeway juga hadir untuk melihat inovasi dan tren terbaru dari industri alamiah dan organik, sehingga NPEW menjadi tempat yang tepat untuk menampilkan produk organik unggulan Indonesia.

“Transaksi potensial dan pembeli pada pameran ini melebihi pameran sejenis lainnya di AS. NPEW merupakan pameran terbaik untuk produk alami dan organik, sangat tepat sasaran, terseleksi, dan pembeli yang datang juga sangat berkualitas,” ujar Mario dari IMC Coconut Sugar dengan sangat antusias.

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini