MATA INDONESIA, JAKARTA – Presidensi G20 Indonesia 2022 bisa menjadi momentum memantapkan komitmen bersama. Dalam penguatan kerja sama dan sinergi antarpemerintah, akademisi dan industri untuk menciptakan ekosistem transisi energi yang optimal.
Presidensi G20, juga akan jadi momentum kebangkitan dan kemandirian industri energi nasional. Dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim yang menjadi ancaman global
Demikian Co-Chair Science 20 (S20), Mohammed Ali Berawi, Kamis 3 Maret 2022. ”Langkah itu, akan menciptakan ekosistem yang dapat menghasilkan kebijakan akurat, beradaptasi dengan cepat dengan langkah strategis dan program kerja yang tepat untuk mewujudkan Indonesia maju,” katanya.
Transisi energi menjadi salah satu isu utama Presiden Joko Widodo saat peluncuran Presidensi G20 Indonesia pada Desember 2021. Dalam forum itu, Indonesia dan negara-negara G20 bisa melakukan aksi nyata dan membuat terobosan besar.
Berawi berpendapat, transisi energi bukan hanya tentang perubahan teknologi pemanfaatan dan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Tetapi juga terkait aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Untuk dapat mengukur seberapa efektif proses transisi energi berlangsung, maka semua aspek terkait, harus ada perhitungannya dengan tepat. Oleh karenanya, katanya, butuh kerja sama, kolaborasi dan sinergi pemangku kepentingan.
Berawi menegaskan, selain transisi, ketahanan energi juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan kehidupan sebuah negara. Untuk itu, Pemerintah perlu terus berupaya memperbaiki iklim investasi guna meningkatkan daya saing investasi di sektor energi. Melalui berbagai kemudahan dan insentif.
Berawi mengungkapkan, kebijakan Pemerintah akan terus mengarah pada pemberian insentif bagi penggunaan energi bersih. Seperti energi terbarukan serta mendorong konsumsi energi untuk dapat memperhatikan emisi karbon.
Pembangunan, terus berlanjut untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, target penurunan emisi, dan kapasitas daya dukung sumber daya alam. “Pemerintah seyogyanya akan membuat kebijakan yang mengakomodasi nilai ekonomi karbon yang implementasinya secara bertahap. Termasuk pengenaan pajak karbon,” katanya.
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) itu menuturkan, Presidensi G20 menjadi suatu kesempatan yang baik untuk membangun dan menumbuhkan optimisme yang nyata. Tentang solusi terhadap permasalahan iklim dan penguatan terhadap ketahanan energi baik nasional maupun global.