MATA INDONESIA, WASHINGTON – Pejabat pemerintahan Amerika Serikat (AS) dilaporkan membahas rencana dengan pemerintah Ukraina agar Presiden Volodymyr Zelenskyy meninggalkan Kiev jika Rusia menginvasi negara tersebut.
“Di bawah rencana yang telah dibahas, Presiden Zelenskyy akan pindah ke Kota Lviv di Ukraina barat, sekitar 50 mil dari perbatasan Polandia,” kata orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut, melansir Yahoo News.
AS mengevakuasi sebagian besar staf kedutaannya di Kiev pada 12 Februari dan memindahkan operasi ke Kota Lviv karena kekhawatiran keamanan tentang penumpukan pasukan Rusia yang terus berlanjut di perbatasan Ukraina.
Pejabat AS sekarang memperingatkan invasi yang akan segera terjadi yang dapat mencapai ibu kota Ukraina, Kiev. Beberapa negara juga meyakini Rusia akan menginvasi negara bekas Uni Soviet dalam waktu dekat.
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menolak berkomentar ketika ditanya mengenai diskusi antara pejabat AS dan Ukraina tentang rencana kepergian Presiden Zelenskyy jika Rusia menyerang.
Seorang juru bicara Zelenskyy mengatakan pemimpin Ukraina dan Biden belum membahas kemungkinan kepergiannya dari Kiev dan rencana relokasi ke Lviv. Juru bicara itu tidak mengetahui apakah diskusi tersebut telah dilakukan di antara pejabat tingkat rendah di pemerintah AS dan Ukraina.
Terlepas dari komentar Presiden Zelenskyy dalam beberapa pekan terakhir bahwa pemerintah AS dan Barat melebih-lebihkan ancaman serangan Rusia, pemerintahnya telah diam-diam mempersiapkan kemungkinan serangan militer Rusia.
Pemerintahannya juga memindahkan infrastruktur IT yang sensitif dan elemen komando militer di luar Kota Kiev, demikian pengakuan dua sumber yang mengetahui rencana tersebut,
“Mereka (Ukraina) telah melakukan semua yang perlu mereka lakukan untuk bersiap. Mereka melakukannya dengan sangat diam-diam,” kata sumber tersebut.
Sambil berusaha menghindari kepanikan dalam pernyataan publiknya, pemerintah Ukraina juga telah mencoba menyampaikan kepada Rusia bahwa mereka akan menghadapi perlawanan hingga tetes darah penghabisan.
Namun, pejabat pemerintah Ukraina menilai bahwa sangat tidak bijaksana bagi sang presiden untuk meninggalkan Kiev dan melakukan perjalanan ke Munich, Jerman untuk bertemu dengan Wakil Presiden AS, Kamala Harris.