MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di kota Baghdad Irak mendapatkan serangan roket pada Minggu (20/12). Serangan roket ini menyebabkan beberapa kerusakan kecil, demikian dilaporkan militer Irak dan pihak kedutaan.
Hingga saat ini belum ada laporan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas serangan roket tersebut. Akan tetapi Presiden AS, Donald Trump telah menuduh seteru utama mereka, Iran sebagai dalang di balik serangan roket tersebut.
“Kami mendengar obrolan mengenai serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak. Beberapa nasihat kesehatan yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan lagi,” tulis Trump dalam akun Twitter-nya, melansir Reuters, Kamis, 24 Desember 2020.
Senada dengan sang presiden, Komando Pusat AS mengatakan bahwa serangan hari Minggu hampir pasti dilakukan oleh grup milisi nakal yang didukung oleh Iran.
“Meskipun 21 serangan roket ini tidak menyebabkan cedera atau menimbulkan korban jiwa AS, serangan itu merusak bangunan di kompleks Kedutaan Besar AS,” kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan.
Akibat serangan ini pula para pejabat tinggi keamanan nasional AS membuat serangkaian opsi yang kemudian akan diajukan kepada Presiden Trump. Tujuannya mencegah serangan terhadap militer atau personel diplomatik AS di Irak, tetapi tidak dijelaskan secara detail mengenai opsi yang dimaksud.
Menteri Pertahanan, Chris Miller, Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, dan penasihat keamanan nasional, Robert O’Brien dilaporkan mengadakan pertemuan di Gedung Putih, dikatakan seorang pejabat yang enggan menyebutkan namanya itu.
“Masing-masing dirancang untuk menjadi non-eskalasi dan untuk mencegah serangan lebih lanjut,” kata pejabat tersebut.