Politisi Prancis Sebut Jilbab Bukan Simbol Kebebasan

Baca Juga

MATA INDONESIA, BRUSSEL – Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Eropa menarik  poster visual yang menyatakan “kebebasan dalam jilbab” setelah menuai reaksi dari Prancis. Poster ini merupakan bagian dari kampanye anti-diskriminasi.

Pada pekan sebelumnya, sebuah poster dengan gambar dua perempuan, di mana salah satu di antaranya mengenakan jilbab dan satunya tidak. Poster tersebut dilengkapi dengan kalimat “Beauty is in diversity as freedom is in hijab” atau “Kecantikan dalam keragaman seperti kebebasan dalam jilbab”.

“Tweet ini telah dihapus dan kami akan memikirkan presentasi yang lebih baik untuk proyek tersebut,” tulis seorang juru bicara Dewan HAM Eropa, melansir Politico.eu.

Poster tersebut merupakan bagian dari kampanye anti ujaran kebencian yang dipimpin oleh divisi inklusi dan anti diskriminasi Dewan Eropa, organisasi hak asasi manusia 47 negara yang berbeda dari Uni Eropa — meskipun sebagian didanai oleh Komisi Eropa.

“Kata-kata kampanye mencerminkan pernyataan individu dari orang-orang yang mengambil bagian dalam salah satu lokakarya proyek, dan tidak mencerminkan posisi Dewan Eropa atau sekretaris jenderalnya (Marija Pejčinović Burić),” bunyi pernyataan itu.

Gambar itu mulai beredar di media sosial Prancis pada Selasa (2/11). Namun, poster tersebut mendapat reaksi berbeda di negara mode, di mana sejumlah politisi Prancis menilai bahwa jilbab tidak merepresentasikan kebebasan.

“Gambar terbelah itu sangat mengejutkan saya. Ini merupakan kebalikan dari nilai-nilai yang diperjuangkan Prancis … Prancis menyatakan ketidaksetujuannya yang sangat kuat terhadap kampanye tersebut,” kata Sekretaris Negara untuk Pemuda Sarah El Haïry.

“Mengingatkan bahwa perempuan bebas mengenakan jilbab adalah satu hal. Tetapi mengatakan kebebasan dalam jilbab adalah hal lain. Ini mempromosikannya. Apakah ini peran Dewan Eropa?” kata Senator Sosialis, Laurence Rossignol.

Sementara kandidat utama dari Partai Konservatif, Valérie Pécresse menegaskan bahwa jilbab bukan simbol kebebasan, melainkan penyerahan. Adapun Eric Zemmour, seorang cendekiawan sayap kanan adalah salah satu yang pertama mengomentari visual tersebut.

Sebagaimana diketahui, Zemmour yang dijuluki media Barat sebagai “Donald Trump” nya Prancis terkenal dengan pandangannya yang ultra-nasionalis, anti-migran, dan menargetkan kelompok minoritas seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini