MATA INDONESIA, TEL AVIV – Perdana Menteri Naftali Bennett memberi isyarat bahwa Israel siap meningkatkan konfrontasi dengan Iran. Ia juga menegaskan bahwa Israel tidak akan terikat oleh kesepakatan nuklir baru Iran dengan kekuatan dunia.
“Kami menghadapi masa-masa yang rumit. Ada kemungkinan bahwa akan ada perselisihan dengan teman-teman terbaik kami,” kata Naftali Bennett pada konferensi yang diselenggarakan oleh Universitas Reichman.
“Bagaimanapun, bahkan jika ada kesepakatan kembali, Israel tentu saja bukan pihak dalam kesepakatan itu dan Israel tidak diwajibkan oleh kesepakatan itu,” sambungnya, melansir Al Arabiya, 24 November 2021.
Bennett –pengganti Benjamin Netanyahu itu, menyuarakan frustrasi dengan apa yang dia gambarkan sebagai bentrokan skala kecil Israel dengan kelompok-kelompok milisi sekutu Iran.
“Iran telah mengepung Israel dengan rudal sementara mereka duduk dengan aman di Teheran. Mengejar teroris du jour yang dikirim oleh Pasukan Quds (rahasia Iran) tidak membuahkan hasil lagi,” katanya.
Menghentikan perang yang secara eksplisit mengancam, Bennett mengatakan teknologi siber dan apa yang dia anggap sebagai keuntungan Israel sebagai demokrasi dan dukungan internasional dapat diterapkan.
“Iran jauh lebih rentan daripada yang diperkirakan secara umum,” katanya.
Sebelumnya, mantan Kepala Direktorat Intelijen Militer IDF (The Israel Defense Forces), Amos Yadlin menegaskan bahwa Israel memiliki kemampuan militer untuk menyerang sang musuh bebuyutan, Iran.
Namun, kata Yadlin, yang menjadi masalah selanjutnya adalah apa yang terjadi setelahnya jika Israel benar-benar menyerang Iran. Selain itu, Yadlin juga tidak merinci tantangan apa yang akan dihadapi Israel setelah menyerang Teheran.