Petani Tak Perlu Cemas Lagi, Kini Ada Lembaga MAP

Baca Juga

SSP merupakan sekolah kewirausahaan berbasih pelatihan berorientasi pada praktik langsung untuk mengasah kemampuan kewirausahaan para petani, nelayan, dan food artisan di Indonesia.

“Kami mengembangkan wirausaha pedesaan, termasuk pengembangan produknya. Kami bersifat action based learning,” ujar Etih.

Cerita menarik lainnya juga diungkapkan oleh MAP lain yang juga hadir sebagai pembicara, yaitu Founder and CEO Nares Essential Oils, Khafidz Nasrullah. Nares berawal dari kejelian Khafidz yang mampu melihat potensi dari sampah daun cengkeh yang selalu terbuang di Kendal. “Di situlah saya mulai mengolah sampah sisa daun cengkeh menjadi essential oils,” ujar Khafidz.

Sejak lama memang sisa daun cengkeh dimanfaatkan sebagai essential oil, jadi ini bukan hal baru. Namun, Khafidz tak ingin menjadi penjual essential oil dari daun cengkeh yang biasa-biasa saja.

Meskipun awalnya tak bisa berbahasa Inggris, ia berupaya mencari pasar luar negeri dengan cara menelepon dan e-mail ke luar negeri.

Di situlah ia mulai mengenal pasar yang lebih luas. Kini ia punya 21 produk essential oils yang semua berasal dari alam Indonesia. Berasal dari bunga-bunga, rempah-rempah dan bahkan buah asli Indonesia, yang ia produksi dengan standar internasional.

“Yang menarik, bisnis model kami menggunakan pendekatan yang berbasis masyarakat. Karena sedikit saja essential oil ini membutuhkan bahan yang banyak, sehingga tidak mungkin dikerjakan sendiri,” ungkapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini