Perusahaan Militer Rusia Rekrut 1.500 Narapidana untuk Berperang di Ukraina

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW-Lebih dari 1.500 penjahat yang dihukum direkrut oleh Perusahaan militer swasta Rusia, Grup Wagner untuk ikut bertempur dalam perang Rusia di Ukraina.

Tetapi banyak yang menolak untuk bergabung, kata seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS).

“Informasi kami menunjukkan bahwa Wagner telah menderita kerugian besar di Ukraina, terutama dan tidak mengejutkan di kalangan pejuang muda dan tidak berpengalaman,” kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada wartawan.

Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi pada Grup Wagner, menuduhnya melakukan operasi rahasia atas nama Kremlin.

Presiden Vladimir Putin mengatakan kelompok itu tidak mewakili negara Rusia, tetapi kontraktor militer swasta memiliki hak untuk bekerja di mana saja di dunia selama mereka tidak melanggar hukum Rusia.

Pejabat AS menunjuk ke video media sosial baru-baru ini, yang tampaknya menunjukkan Yevgeny Prigozhin, yang menurut Departemen Keuangan AS dan Uni Eropa terkait dengan Grup Wagner, mencoba merekrut tahanan.

Video itu tampaknya menunjukkan Prigozhin berusaha merekrut tahanan Rusia serta orang Tajik, Belarusia, dan Armenia.

Reuters belum secara independen memverifikasi video media sosial tersebut.

Tentara Grup Wagner telah dituduh oleh kelompok hak asasi dan pemerintah Ukraina melakukan kejahatan perang di Suriah dan Ukraina timur mulai 2014 dan seterusnya.

Pada Juli, intelijen militer Inggris mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan Wagner untuk memperkuat pasukan garis depan dalam konflik Ukraina.

Rusia telah menderita antara 70.000 dan 80.000 korban, baik terbunuh atau terluka, sejak invasinya ke Ukraina dimulai, kata Pentagon bulan lalu.

Ukraina memperpanjang cengkeramannya di wilayah yang baru-baru ini direbut kembali pada Senin ketika pasukan bergerak lebih jauh ke timur ke daerah-daerah yang ditinggalkan oleh Rusia, membuka jalan bagi kemungkinan serangan terhadap pasukan pendudukan di wilayah Donbass.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

A2RTU Gelar Expo Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Pendukung Ketahanan Pangan dan Net Zero Emission

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketahanan pangan menjadi isu yang masif didengungkan oleh pemerintah. Terlebih, saat ini Indonesia bersiap menyongsong Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang kini diubah menjadi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Tahun 2020-2024 menyebut bahwa pembangunan pangan di Indonesia masih menghadapi masalah. Utamanya, terkait dengan penyediaan (supply) pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini