Perusahaan Jerman Berinvestasi Jutaan USD di Afghanistan untuk Produksi Ganja

Baca Juga

MATA INDONESIA, BERLIN – Hingga saat ini Jerman memang belum mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Namun, sebuah perusahaan penelitian dan pengembangan Jerman, CPharm International (ECI) berencana berinvestasi jutaan USD di negara tersebut dengan tujuan memproduksi ganja untuk tujuan medis.

Tahun lalu, sebuah tweet dari Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengklaim bahwa sebuah perusahaan bernama “Cpharm” telah bertemu dengan pejabat Taliban dan akan menginvestasikan 450 juta USD di Afghanistan untuk mendirikan operasi pemrosesan hashish.

Media salah mengidentifikasi sebuah perusahaan konsultan medis kecil Australia dengan nama yang sama. Perusahaan asal Negeri Kanguru tersebut dengan keras menyangkal hubungannya dengan Taliban.

Werner Zimmermann, pemilik dan direktur pelaksana ECI, mengatakan kepada Vice bahwa ia tidak senang bahwa berita tentang kesepakatan itu telah dipublikasikan. Ia juga mengklaim bahwa skala perjanjian telah disalahartikan.

Hingga saat ini ECI telah beroperasi di sejumlah negara di dunia, di antaranya: Lesotho, Maroko, Kirgistan, Makedonia Utara, dan Siprus. Kemudian Kazakhstan dan Afghanistan akan segera ditambahkan ke dalam daftar.

Perusahaan Zimmermann membangun pabrik pengolahan ganja dan berkonsultasi tentang masalah hukum, seperti kelayakan ekspor ganja medis ke negara lain. Proyek Afghanistan akan mengikuti pembangunan pabrik senilai 500.000 Euro atau sekitar 8,2 miliar Rupiah di Kazakhstan.

“ECI berencana memproduksi ganja medis di Afghanistan untuk pasar lokal dan internasional. Namun, jika negara-negara seperti Jerman melegalkan obat tersebut, mereka mungkin mulai menanam tanaman itu untuk penggunaan rekreasi,” kata pengusaha itu kepada Vice.

Zimmermann menepis kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Taliban. “Saya bekerja secara profesional, bukan ideologis, dengan menteri dalam negeri yang bertanggung jawab, dan saya mendukung mereka dengan proyek saya,” ucapnya.

Pengusaha itu juga mengungkapkan bahwa ia menerima ancaman dari perwakilan kartel narkoba Eropa yang tidak senang dengan rencananya, yang dapat memotong pangsa pasar mereka.

Meskipun dilarang sejak tahun 1970-an, tanaman ganja adalah tanaman asli Afghanistan. Dan, setidaknya sampai pengambilalihan Taliban di musim panas, ganja dikonsumsi oleh orang-orang di bagian terpencil negara itu.

Selain ganja, Afghanistan juga menjadi pemasok opium terbesar dunia sejak 30 tahun terakhir. Tahun 2020, sekitar 224 ribu hektar area di Afghanistan tercatat menjadi lokasi budidaya bunga opium poppy. Bisa dikatakan bahwa mayoritas provinsi utama di Afghanistan memiliki ladang opium.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini