Kacau, Pertemuan Diplomat Eropa dan Pejabat Israel Diwarnai Adu Mulut

Baca Juga

MATA INDONESIA, TEL AVIV – Sejumlah delegasi diplomat dan duta besar Eropa tiba di Israel guna membahas situasi di Tepi Barat pada dua pekan lalu. Namun, yang menjadi sorotan adalah suasana pertemuan yang dilaporkan jauh dari kesan diplomatis.

Pertemuan di antara pejabat Kementerian Luar Negeri Israel dan delegasi diplomatik Eropa itu seketika berubah menjadi perang adu argument ketika para peserta membahas situasi di Tepi Barat dan perlakukan Israel terhadap warga Palestina.

Berdasarkan laporan Walla News, delegasi Eropa yang dipimpin Inggris itu tiba di Yerussalem untuk mengajukan protes menyusul perlakuan buruk yang diterima warga Palestina di Tepi Barat.

Selain itu, para pejabat Eropa juga keberatan terhadap rencana pembangunan pemukiman dan masalah lainnya, termasuk pembangunan pemukiman di daerah E1 yang kontroversial antara Yerusalem dan pemukiman Ma’ale Adumim, bersama dengan rencana pembangunan di lingkungan Givat Hamatos di Yerusalem Timur.

Kekhawatiran delegasi Eropa tersebut, membuat Aliza Bin Noun – mantan duta besar Israel untuk Prancis yang sekarang menjabat sebagai direktur Departemen Urusan Eropa di Kementerian Luar Negeri yang hadir pada pertemuan itu, sedikit emosi.

“Setelah semua yang dilakukan pemerintah baru Israel untuk Palestina, Anda datang untuk mengeluh? Anda membuat saya marah,” teriakn Aliza Bin Noun kepada pejabat Eropa, melansir Sputnik News, Sabtu, 8 Januari 2022.

Para diplomat Eropa yang berpartisipasi dalam pertemuan itu mengungkapkan bahwa suasana pertemuan itu dengan cepat menjadi tidak terkendali dan memburuk. Beberapa pejabat mencoba untuk melerai tetapi gagal, dan diskusi berakhir dengan krisis besar.

Israel menyambut pemerintahan baru pada Juni 2021. Tak lama setelah dilantik, otoritas baru mengumumkan ribuan izin bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk bekerja di Israel dan menyetujui banyak aplikasi pembangunan di Area C Tepi Barat – sebuah langkah yang belum terlihat selama bertahun-tahun.

Pada akhir Oktober, Israel mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 3.000 unit pemukiman baru di Tepi Barat. Rencana itu mendapat kecaman dari dunia internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price bahkan mengecam proyek itu sebagai sesuatu yang sama sekali tidak konsisten dengan upaya untuk menurunkan ketegangan dan merusak prospek solusi dua negara.

Wilayah Tepi Barat yang dikendalikan oleh Israel dilihat oleh Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka. Sementara itu, Israel memandang Tepi Barat sebagai tanah Yahudi secara historis.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini