MATA INDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini hubungan dua Korea kembali memanas. Pada Rabu (15/9), Korea Utara menembakkan sebanyak dua rudal uji coba yang merupakan sistem baru yang dibawa kereta api. Rudal ini dirancang sebagai serangan balasan potensial untuk setiap kekuatan yang mengancam negara itu.
Media pemerintah KCNA menyebutkan, uji coba rudal ini telah berlangsung sejak awal tahun. Korea Utara berencana untuk memperluas resimen rudal yang dibawa oleh kereta api ini guna menjadi kekuatan seukuran brigade. Berbagai rudal ini ditembakan dari daerah pedalaman tengah Yangdok dan terbang sejauh 800 km mengenai sasaran laut lepas pantai Timur Korea Utara.
Rudal-rudal ini terlihat berwarna hijau zaitun yang naik di atas kolom asap dan api, melalui atap kereta yang diparkir di rel di daerah pegunungan. Pengujian rudal itu tidak diawasi oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Di hari yang sama, Korea Selatan juga melakukan uji coba rudal jelajah supersonik yang telah diselesaikan pada akhir tahun lalu. Rudal ini diharapkan dapat berfungsi sebagai aset inti untuk melawan kekuatan yang mendekati perairan teritorial Korea Selatan.
Rudal ini diluncurkan oleh Badan Pengembangan Pertahanan bersamaan dengan pendeklarasian kesuksesan peluncuran rudal balistik, yang diluncurkan melalui kapal selam (SLBM). Sistem ini menjadikan negara Seoul sebagai negara pertama tanpa nuklir yang mengembangkan sistem tersebut.
Rudal balistik buatan Korea Selatan ini dites melalui peluncuran bawah air, dari kapal selam terbaru Dosan Ahn Chang-ho dengan bobot 3.000 ton di lokasi uji coba Ancheung, Kota Taeaen. Peluncuran ini dihadiri langsung oleh Presiden Moon Jae-in.
Rudal yang diujikan pihak Pyongyang sebelumnya telah terdeteksi oleh pihak berwenang dari Korea Selatan dan Jepang. Hal ini juga menarik keprihatinan dunia internasioanal. Amerika Serikat (AS) bahkan mengatakan bahwa Korea Utara telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan dapat menimbulkan ancaman bagi negara tetangga.
Seperti halnya AS, Inggris menyatakan bahwa pihaknya mengutuk tes itu sebagai pelanggaran nyata terhadap dewan keamanan. Mereka mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut dan untuk kembali berdialog dengan pihak AS.
Seorang rekan senior di Federasi Ilmuwan AS, Adam Mount mengatakan melalui media sosial Twitter bahwa rudal ini adalah pilihan yang relatif murah dan andal bagi setiap negara yang ingin meningkatkan kemampuan pertahanan pasukan nuklir mereka.
“Rusia melakukannya dan Amerika mempertimbangkannya. Itu sangat masuk akal bagi Korea Utara,” Adam Mount menambahkan.
Reporter: Sheila Permatasari