MATA INDONESIA, BRUSSEL – Serba salah. Itulah sekarang yang dirasakan Belgia, negara Eropa yang tingkat kematian akibat covid 19 tertinggi di dunia.
Transparasi yang dilakukan pemerintah Belgia ternyata menuai kritik dari internal dalam negeri kerajaan di Eropa ini.
Seperti dikutip BBC, jumlah kematian karena Covid-19 memang tidak banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat atau Prancis. Tapi angka kematian per 100.000 penduduk di negeri ini?
Mari kita berhitung.
Hingga 27 April 2020, Belgia melaporkan lebih dari 7.200 kematian akibat Covid-19. Angka ini jauh dibandingkan dengan 55.000 kematian di Amerika Serikat atau 23.000 di Prancis.
Namun tingkat kematian akibat Covid-19 di Belgia per 100.000 penduduk merupakan yang tertinggi di dunia.
Menurut Johns Hopkins University, sebanyak 62 pasien Covid-19 meninggal untuk setiap 100.000 penduduk di Belgia, negara dengan penduduk berjumlah sekitar 11 juta jiwa.
Bandingkan dengan AS, kematian terjadi pada 17 pasien untuk setiap 100.000 penduduk.
Perhitungan yang dilakukan Pemerintah Belgia memang tidak hanya melaporkan kematian berdasarkan pasien yang sudah terkonfirmasi positif, tetapi juga seluruh kasus yang dicurigai terinfeksi virus corona, termasuk juga kematian pasien yang dirawat di rumah-rumah. Metode ini berbeda dengan kebanyakan negara yang hanya menghitung kematian yang terjadi di rumah sakit.
Sekalipun banyak negara menghitung dengan cara berbeda, umumnya mereka serupa dalam menghitung kematian Covid-19, yaitu berdasarkan pasien yang sudah dites, dan dikonfirmasi positif virus corona.
Kementerian Kesehatan Spanyol misalnya, secara rutin hanya menghitung kematian akibat virus corona di rumah sakit. Italia, menghitung pasien yang sudah dites dan hasilnya positif, dan tak memperhitungkan apakah penyebab kematian adalah virus corona atau penyakit lainnya.
Prancis melakukan dengan cara serupa, yaitu menghitung kematian di rumah sakit. Pada 2 April, mereka baru mulai memasukkan dalam laporan mereka, kematian pasien yang dirawat di rumah.
Ini yang membedakan dengan sistem perhitungan di Belgia.
Mereka menghitung pasien yang terkonfirmasi positif dan pasien yang dicurigai terinfeksi, dan menurut pemerintahnya, ini akan membuat mereka bisa melawan penyakit ini dengan lebih baik.
”Ketika kita tak punya kapasitas untuk mengetes semua orang, maka penting untuk menghitung pula kematian pada suspek atau orang dalam pengawasan,” kata ahli penyakit menular Steven Van Gutch, penanggung jawab komite ilmuwan yang membantu pemerintah melawan virus corona di Belgia.
“Yang membedakan kami dengan negara-negara lain adalah kami menghitung angka kasus dengan lebih luas, yang membuat kami bisa mengambil langkah segera,” katanya.
Van Gutch menjelaskan bahwa karena sistemnya yang “ekspansif” dalam menghitung kematian, mereka bisa mendeteksi penyebaran virus corona di rumah-rumah yang merawat orang dalam pengawasan. ”Berkat sistem penghitungan seperti ini, kami mampu menangani masalah tepat waktu,” katanya.
Pada 15 April 2020, sumber resmi menyatakan bahwa hampir setengah kematian akibat virus corona di Belgia terjadi di rumah-rumah.
Perhitungan ini membuat warga Belgia merasa syok. Kritik pun bermunculan kepada pemerintah Belgia. Perdana Menteri Sophie Wilmès menjelaskan di parlemen Belgia bahwa “pemerintah memutuskan untuk sepenuhnya transparan dalam melaporkan kematian terkait Covid-19, sekalipun ini berakibat angkanya seperti dibesar-besarkan.”
Sistem penghitungan ini dipandang dengan curiga oleh ahli lain. Ahli virus Belgia Marc van Ranst mengkritik keras sistem penghitungan pemerintah ini di sebuah acara TV.
“Hampir semua orang yang meninggal di rumah – jumlahnya bisa mencapai 100 orang sehari – dimasukkan ke dalam statistik corona. Menurut saya, ini bodoh,” kata Van Ranst.
Steven van Gutch, yang melaporkan angka-angka virus corona di Belgia setiap hari, paham bahwa metode Belgia ini dikritik, tapi ia percaya bahwa ini sifatnya sementara.
“Tampaknya kita punya angka kematian yang tinggi. Namun dalam kenyataannya data kita bisa dibandingkan dengan Prancis, atau Inggris misalnya. Ketika kita tinjau data dari negara lain dan perlihatkan angka sesungguhnya, tingkat kematian di Belgia cocok dengan pola negara lain,” kata Van Gutch.
Diakui Van Gutch, beberapa orang merasa takut dan khawatir. ”Kami mencoba untuk setransparan dan sejujur mungkin. Mungkin kita membuat estimasi berlebihan terhadap jumlah kematian yang sesungguhnya. Namun ini lebih baik daripada tidak menghitungnya dengan pantas,” tambahnya.
Fakta bahwa hampir semua negara hanya menghitung kematian dari mereka yang positif Covid-19 berpeluang menyembunyikan angka kematian sesungguhnya, yang jauh lebih besar.
Menurut analisis baru-baru ini dari koran Financial Times, jumlah keseluruhan kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia bisa mencapai 60 persen lebih tinggi daripada yang diumumkan secara resmi.
Koran yang berkantor di London ini mencapai kesimpulan itu sesudah menghitung jumlah kematian yang terjadi Maret dan April 2020 ini, dibandingkan dengan catatan di periode yang sama antara tahun 2015 hingga 2019 di beberapa negara.
Inilah skenario yang tak diinginkan oleh pemerintah Belgia. “Jika hanya menghitung kematian di rumah sakit, kita seperti melihat sambil menutup satu mata kita,” kata Van Gutch.
Pemerintah Belgia merasa yakin dengan sistem perhitungan ini dan bisa segera menyelesaikan penyebaran ini dengan cepat. Namun sekali lagi dengan resiko, Belgia menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia.